Beberapa Catatan Rekayasa LL di Juwana; Hari Ini Macet, Besok Macet, Mengapa Takut Macet (3)

Kondisi jembatan lama Juwana atau Juwana I yang sudah tidak mungkin digeser lagi lokasinya kecuali dengan membebaskan bangunan dan tanah milik warga (atas) dan arus lalulintas dari timur dan barat saat memasuki pertigaan Tjongyok, di Bumirejo (bawah).(Foto:SN/aed)
Kondisi jembatan lama Juwana atau Juwana I yang sudah tidak mungkin digeser lagi lokasinya kecuali dengan membebaskan bangunan dan tanah milik warga (atas) dan arus lalulintas dari timur dan barat saat memasuki pertigaan Tjongyok, di Bumirejo (bawah).(Foto:SN/aed)

SAMIN-NEWS.com, MENYIKAPI kondisi kemacetan lalulintas di Juwana jika jembatan lama atau Jembatan Juwana I dibongkar untuk dibangun kembali, salah seorang tokoh masyarakat setempat pun tegas komentarnya. Yakni, pihak berkompeten di Pati tidak perlu gamang atau ragu dalam menyikapi kondisi itu, menyusul simulasi uji coba rekayasa lalulintas yang menimbulkan kemacetan, kamis (21/April) 2021 kemarin.

Sebab, lanjutnya, konsekuensi logis dibongkarnya jembatan itu memang harus ada pengalihan arus lalu lintas dari barat yang selama ini harus melintas di atas jembatan tersebut ke timur, karena memang tidak ada alternatif lain. Dengan demikian, risikonya suka atau tidak suka para pengguna jalan baik yang melintas dari Semarang ke Surabaya maupun warga di Kabupaten Pati, khususnya Juwana dan sekitarnya, untuk sementara menahan atau mengorban perasaan.

Dengan kata lain, demi segera bisa dibangunnya kembali jembatan yang sudah tua dan risiko tinggi ancaman bahayanya, dampak terjadinya risiko arus lalu lintas macet memang tak bisa dihindari. Akan tetapi, rasa optimistis bahwa itu adalah risiko yang paling baik di antara yang baik memang harus diterima, karena andil masyarakat dalam sebuah pembangunan, salah satunya memang harus mengorbankan perasaannya, yaitu perasaan jengkel, marah maupu tidak suka dengan kemacetan.

Hanya saja, jika rasa tersebut tidak dikorbankan, maka jika sampai jembatan itu gagal dibangun kembali, terus harus menunggu kapan lagi, mengingat jika sampai gagal risiko ke depan yang harus dihadapi juga cukup besar, mengingat usia jembatan memang sudah tua. Karena itu, dibongkar dan dibangun kembali hari ini juga akan berisiko terjadinya kemacetan arus lalulintas, dibangun besoknya lagi juga tetap akan menghadapi kemacetan.

Penjelasan petunjuk untuk masuk ke jalur alternati di Guyangan-Glonggong itu perlu diubah jangan saat terjadi kemacetan, tapi selama berlangsung pekerjaan pembangunan Jembatan Juwana.(Foto:SN/aed)
Penjelasan petunjuk untuk masuk ke jalur alternati di Guyangan-Glonggong itu perlu diubah jangan saat terjadi kemacetan, tapi selama berlangsung pekerjaan pembangunan Jembatan Juwana.(Foto:SN/aed)

Demikian pula, semisal jembatan itu akan dibangun kembali tahun berapa, arus lalulintas dari barat memang harus dialihkan. Karena itu, masyarakat harus belajar untuk bisa menerima risiko saat berlangsungnya pelaksanaan paket pekerjaan peningkatan ruas jalan yang namanya kemacetan lalulintas memang tak bisa dihindari oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja dan terlebih khusus tentunya di Indoensia.

Contoh dekat dan riil yang terjadi bertahun-tahun, adalah kemacetan arus lalulintas di Kaligawe Semarang – Demak. Sehingga hal tersebut bisa dijadikan pengalaman para pengguna jalan dalam mengorbankan perasaan atas terjadinya kamacetan di jalan yang kadang-kadang sampai menyita waktu berjam-jam, sehingga mengapa harus takut macet karena hal itu adalah anggap saja sebagai salah satu hal biasa dan risiko di jalan.

Karena itu, upaya yang perlu dipersiapkan dalam melakukan antisipasi melalui rekayasa lalulintas tampaknya sudah dipersiapan pemerintah kabupaten setempat. Salah satu, di antaranya adalah membuka jalur alternatif untuk para pengguna jalan baik yang berkendara roda dua maupun empat dari barat (Pati) jika hanya hendak ke Jakenan, Jaken maupun Pucakwangi hingga ke Todanan, Blora atau ke Rembang maupun sebaliknya tidak perlu lewat Juwana.

jalan alternatif tersebut tak lain mulai dari pertigaan Guyangan, Desa Purworejo, Kecamatan Pati, Glonggong, Kecamatan Jakenan ke timur bagi yang hendak ke Pucakwangi maupun Todanan sesampainya di perempatan Sleko, Jakenan belok kanan (selatan). Sedangkan yang hendak ke Rembang bisa langsung ke timur menuju Jaken terus ke Sumber, Rembang, untuk mengurangi beban arus lalu lintas yang melintas di Juwana.

Mengapa tidak? (bersambung)

Previous post Gerakan Pemuda Ka’bah Bagi Takjil di Tugu Bandeng
Next post Kapal Penangkap Ikan yang Terus Berdatangan Harus Berjubel untuk Bisa Tambat

Tinggalkan Balasan

Social profiles