SAMIN-NEWS.com, PATI – Sejak selesai dibangun menggunakan dana bantuan Bank Dunia (Loan) Tahun 2021 lalu, warga mengklaim bahwa dalam kurun waktu tiga bulan terakhir ini Bendung Blado, di Desa Jimbaran, Kecamatan Margorejo, sebagai penyebab terjadinya banjir. Dengan kata lain, jika turun hujan deras beberapa jam saja, gelontoran air dari hulu atau kawasan Patiayam, tak tertampung di alur kali tersebut.
Akibatnya, air yang seharusnya tertampung di sepanjang alur kali setelah sampai di Desa Sokokulon, Kecamatan Margorejo, justru limpas ke jalan dan ke perkampungan sampai juga memasuki rumah warga. Sehingga antara Maret sampai April, warga mencatatnya sudah kali ketiga terjadi banjir, masing-masing di bulan Maret sekali, serta di bulan April sudah untuk kali yang kedua.
Dengan kejadian tersebut, papar beberapa warga, kondisi yang ditimbulkan jelas sangat menyusahkan warga, karena banjir selain membawa sampah dari hulu juga menyisakan endapan lumpur. Jika hal terus berulang saat turun hujan, hendaknya keberadaan ”plered” (bendung) di Jimbaran itu harus dikaji ulang, karena banjir tersebut jika sudah menyisakan endapan lumpur untuk membersihkannya juga sangat sulit.
Belum lagi, jika gelontoran air tersebut juga diikuti hanyutnya berbagai jenis sampah dari hulu, maka tidak hanya perkampungan warga di Jimbaran saja, tapi di Sokokulon yang di hulunya juga tak jauh berbeda. ”Apalagi, gelontara air yang cukup besar juga memasuki rumah warga dengan ketinggian air sampai menenggelamkan sepeda motor, dan rumah kami pun tak ketinggalan,”ujar salah seorang warga Sokokulon, Djamin.
Sementara berdasarkan catatan ”Samin News” bahwa saat pelaksanaan pekerjaan pembangunan Bendung Blado yang baru selesai akhir Januari 2022, juga tercatat sudah pernah kali yang ke tiga memunculkan terjadinya banjir, sehingga warga pun komplain. Sebab, saat itu banjir yang terjadi gelontoran airnya juga sampai limpas ke areal persawahan warga, dan tak ketinggalan juga membawa sampah.
Saat itu diperkiraan, limpasnya air diperkirakan karena alur kali di kawasan hulu bendung juga tengah dilakukan pengerukan, sehingga kondisi tersebut diperkirakan yang menjadi penyebabnya bisa saja terjadi. Sebab, saat itu kondisi tanggul alur kali memang belum dilakukan pengerukan secara maksimal, tapi setelah pelaksanaan pekerjaan berakhir ternyata kondisi alur kali kembali menjadi tempat endapan lumpur.
Diminta tanggapannya berkait hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) yang juga Pj Kepala DPUPR Kabupaten Pati, H Sudarno menegaskan, penyebab limpasnya gelontoran air dari hulu, karena alur kali yang melintas di desa tersebut, selain sudah menyempit juga dangkal akibat endapan lumpur. Upaya mengeruknya hanya bisa dilakukan di kawasan hilir, di mana sisi kiri dan kanan tidak ada rumah hunian warga, sehingga alat berat masih bisa lewat.
Akan tetapi di sisi lain, saat terjadi gelontoran air dari hulu justru selain air yang berlumpur juga membawa banyak sampah, sehingga saat air surut sampah itu pun tertutup endapan lumpur, tepat di hulu bendung. ”Lebih parah lagi, sampah saat berada di depan mercu bendung karena gelontoran air mulai surut, sudah barang tentu tidak bisa ikut hanyut terbawa air,”tandasnya.