Redaktur ”Samin News,” Alman ED.(Foto:SN/dok-aw)
SAMIN-NEWS.COM GENERASI melenial seperti Ahmad Ridwan, asal Jakenan, Pati yang duduk bangku semester akhir jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pamulang, adalah salah satu pemudik bersama gratis untuk warga Pati di Jakarta dan sekitarnya. Sebanyak delapan bus yang difasilitasi pemerintah kabupaten (pemkab), Sabtu (1/6) malam tiba dari Jakarta ke Terminal Kembang Joyo, atau Terminal Sleko, Pati.
Komentarnya ketika ditanya berkait mudik bersama gratis tersebut, secara spontan seraya geleng-geleng kepala, ”Benar-benar luar biasa atas fasilitas mudik Lebaran bersama warga asal Pati ini,”ujarnya, karena dia juga bersama beberapa mahasiswa asal Pati lainnya yang di Bandung, Bogor maupun Jakarta.
Dengan mudik gratis program Pemkab Pati ini, paling tidak setiap pemudik bisa menghemat ongkos membeli tiket sampai Rp 450.000. Apalagi, bagi seorang mahsiswa uang sebanyak itu tentu sangat berharga, maka mudik bersama warga lainnya menjadi pilihan, karena bisa berhemat tapi yang lebih itu, program tersebut harus bisa lebih ditingkatkan agar bisa dinikmati warga Pati, atrau perantau lainnya.
Terlepas ungkapan spontan dari generasi melenial asal Pati tersebut, ada beberapa catatan yang kiranya patut dikemukakan berkait rutinitas kondisi tiap tahun menjelang Lebaran. Hal itu selama bertahun-tahun menjadi obsesi warga perantau yang hendak pulang mudik ke kampung halaman yang sebelumnya, atrau beberapa tahun lalu masih berpayah-payah harus berjubel di loket bus atau stasiun KA yang melayanio mudik Lebaran.
Kendati sudah memegang tiket kenberangkatan, saling berjubel untuk bisa masuk ke dalam bus atau kereta agar bisa mendaopatkan tempat duduk pun menjadi pandangan sebagai hal biasa. Akan tetapi kondisi sekarang sudah jauh berubah, para pemudik Lebaran asal Pati ini mulai sedikit lebih nyaman, dan tidak perlu membuat mereka repot.
Sebab, munculnya paguyuban warga seperti Ikatan Keluarga Kabupaten Pati (IKKP) di Jakarta, beberapa tahun terakhir setiap menjelang Lebaran selalu menjadi penghubung kelompok-kelompok warga asal Pati di Jakarta yang hendak mudik ke kampung halaman. Hal itu pun menjadikan gayung bersambut, karena Pemkab Pati, tiap tahun melaksanakan program penjem[putan warganya di Jakarta yang hendak mudik.
Karena itu, bus-bus gratis sesuai yang dijadwalkan pun menjemputnya langsung di pusat pemberangkatan. Tidak hanya itu, IKKP juga mengupayakan bantuan penyediaan bus angkutan mudik seperti dari Bank Jateng, Paguyuban Jateng dan Kementrian Perhubungan maupun BUMN lainnya.
Di balik semua itu, catatan mendasar yang layak digarisbawahi tentang mudik bersama gratis di mana Pemkab Pati tiap tahun selalu memgambil peran, adalah sebuah bentuk kepedulian yang lebih agar para perantau warganya yang di Jakarta saat hendak kembali ke kampung halaman terbebas dari kendala. Selebihnya, mudik bersama ini juga sebagai alternatif bentuk kebersamaan antarwarga di rantau.
Paling tidak setiap tahun mereka yang berada dalam satu perjalanan kebersmaan, p[asti di antara mereka akan terjadi interaktif. Dengan demikian, salah satu bentuk silaturahkim yang sudah menjadi tradisi akhirnya membudaya, sehingga mudik bersama yang difasilitasi Pemkab Pati ini menjadi ciri khas kerukunan yang tidak hanya sekadar diteorikan, tapi benar-benar terimplementasi melalui kepedulian antara pemimpin dan rakyatnya.(Ki Samin)