SAMIN-NEWS.com, KUDUS – PT Nojorono Tobacco Internasional menggelar acara bertajuk Gebyar Bazar bertempat di Lapangan Primary Manufacturing Departemen dengan melibatkan 13 stand makanan kuliner jadul Kabupaten Kudus sekaligus memperingati HUT ke-90, Minggu (16/10/2022).
Terkait hal itu, Ketua Panitia Gebyar Bazar Nur Elisa Kusumo mengatakan, Nojorono mengusung tema ‘Hidup yang menghidupi’ artinya pihaknya berusaha untuk memberikan kehidupan yang layak bagi lingkungan sekitar.
“Kami mengusung tema ‘Hidup yang menghidupi’ jadi kita berusaha untuk memberikan kehidupan yang layak bagi lingkungan sekitar baik itu karyawan yang bekerja di dalamnya, para pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan,” katanya.
Mengingat, Nojorono memiliki filosofi dan arti tersendiri berupa, No dalam istilah jawa itu ono, Jo itu Karyo, Ro itu roso, dan No cahaya. Jadi, kami berusaha untuk berkarya dengan rasa untuk menjadi cahaya.
“Tema besarnya itu, tapi untuk acara mengambil tema ‘Gebyar Semarak Semanak’. Jadi Unsur kekeluargaan berjalan dengan baik,”
Sementara itu, UMKM makanan jadul khas desa wisata Kudus yang terlibat berjumlah 13 stand. Untuk karyawan Nojorono yang menggelar stand berjumlah sepuluh. Total jumlah stand makanan yang turut menyemarakkan sebanyak 23 stand makanan.
“Untuk UMKM yang terlibat kuliner jadul ada 13 tetapi dari luar. Dari karyawan 10, total UMKM makanan 23. Keseluruhan total stand 70. Sebenarnya banyak yang mendaftar tapi keterbatasan tempat,” ungkapnya kepada Samin News.
Lebih lanjut, dengan diadakan bazar ini, dirinya berharap para UMKM yang berpartisipasi bisa mendapatkan pendapatan yang besar. Selain makanan, ada juga sembako, batik, dan mengangkat teman disabilitas yang memiliki produk di pasaran.
Dalam HUT ke-90, PT Nojorono Tobacco Internasional juga melaunching warisan budaya Kudus ‘Caping Kalo’ yang pembuatnya mulai berkurang. Untuk itu, pihaknya sangat berempati dan ingin membantu menguri-uri budaya.
“Yayasan Karya Bhakti Nojorono (YKBN) dan CSR melaunching Caping Kalo berupa warisan budaya Kudus yang pembuatnya sudah mulai sedikit. Mengingat budaya lokal itu perlu dilestarikan. Saat ini pengrajinnya tinggal 2 orang, sehingga kami merasa berempati untuk membantu menguri budaya,” jelasnya.
Lebih lanjut, hal itu perlu dilakukan mengingat Caping Kalo memiliki nilai sejarah dan seni yang tinggi. Sehingga pihaknya ingin mengangkat itu menjadi salah satu budaya agar bisa terdaftar menjadi budaya Kudus.
“Kami juga bekerja sama dengan Balai Budaya Rejosari (BBR) terkait Caping Kalo dan ada tari lajur Caping Kalo yang akan ditampilkan publik dan ditampilkan BBR,” ungkapnya.
Acara yang diadakan setiap lima tahun sekali itu diharapkan mampu memberikan kemeriahan dan hiburan untuk masyarakat. Serta dapat juga mempererat tali persaudaraan.
PLT Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus Mutrikah mengatakan, 15 stand makanan jadul yang digelar di HUT Nojorono ke-90 ini merupakan produk kuliner desa wisata.
“Dalam rangka memeriahkan HUT-90, sengaja digelar makanan jadul yang merupakan satu produk kuliner desa wisata yang ada di Kudus. Nojorono juga berkomitmen ingin mengexplore potensi kuliner di Kudus,” tandasnya.
Dirinya menyebut, hal itu merupakan kesempatan yang luar biasa. Untuk itu, Tika sapaan akrabnya mengucapkan terima kasih kepada PT Nojorono yang membantu memperkenalkan makanan jadul.
“Kuliner jadul kurang lebih 15 stand. Diambil dari kecamatan ada, nasi jagung, nasi jangkrik ada juga jajanan dibuat dari hasil pertanian yang dibuat khas desa seperti, Undaan, Kaliwungu, Kecamatan Kota, Gebog, Dawe. Ada juga kopi muria, getuk nyimut yang dari Kajar, minuman rempah, wedang blung, minuman jahe, dan masih banyak lagi,” pungkasnya.