SAMIN-NEWS.com, Banyaknya daerah rawan bencana di Indonesia dan pentingnya peningkatan upaya pengurangan risiko bencana merupakan landasan kuat bagi bangsa Indonesia untuk bersama-sama melakukan upaya tersebut secara terpadu dan terarah. Sebagai tenaga pendidik, perlu berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebencanaan, melalui pembelajaran yang tertintegrasi dalam beberapa mata pelajaran di pendidikan dasar dan menengah.
Banjir merupakan peristiwa yang setiap tahun menjadi topik pemberitaan pada musim hujan,bnyak kota di Indonesia mengalami bencana banjir, telah banyak usaha yang di lakukan pemerintah antara lain membuat bedungan, pembuatan kanal, dan reboisasi hutan namun belum ada yang menyelesaikan bahkan kelihatanya makin lama semakin luas cakupanya.
Kota Semarang termasuk kota besar dengan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu permasalahan yang sering terjadi setiap tahunnya adalah masalah banjir. Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kota Semarang mengidentifikasi 11 titik rawan bencana di Kota Semarang seperti pada Gambar 1. Sekretaris BPDB Kota Semarang, Winarsono mengatakan, ada dua ancaman bencana di Kota Semarang seperti banjir dan tanah longsor. Ancaman bencana bisa disebabkan beberapa faktor seperti hujan ekstrem. Apalagi jika terdapat drainase yang tersumbat membuat potensi terjadinya banjir semakin tinggi.
Dari masalah di atas penting bagi peserta didik sekolah menengah untuk mengenal tentang mitigasi bencana, pengenalan pemahaman terhadap mitigasi bukan hanya mensosialisasikan tentang bencana, atau berbagi pengetahuan tentang bencana serta bagaimana cara melindungi diri katika terjadi bencana, tetapi dapat berupa melatih kepekaan pada seorang guru dan pendidik supaya benar-benar dapat mengimplementasikan pada pembiasaan sehari-hari tentang bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik dan memiliki rasa peduli terhadap lingkungannya, setidaknya dengan menstimulus anak dengan berupa kegiatan-kegiatan yang dapat membiasakan mereka agar memiliki karakter peduli terhadap lingkungan sekitarnya dapat meminimalisir dampak dari bencana di masa depan karena sejak dini sudah mulai dibiasakan.
Sebuah tindakan atau pembelajaran yang dapat dilakukan sebagai bentuk dalam mengurangi bencana pada peserta didik sekolah menengah sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena bencana dapat memberi pengaruh terhadap anak, misalnya pengaruh pada kesehatan fisik, mental, serta proses terhadap keberlangsungan pendidikan mereka. Peran lingkungan di sekitar anak, seperti keluarga, komunitas, dan lingkungan dimana tempat ia tinggal sangat berpengaruh pada proses pemulihan seorang anak saat setelah mengalami bencana dan dapat menerima apa yang terjadi, serta mulai bangkit dan menjalani kehidupannya kembalai seperti semula. Oleh sebab itu sangat diperlukan sekali dalam mengefektifkan kebijakan menggunakan strategi coping dan mitigasi kepada anak.
Dari beragam kegiatan upaya dalam mitigasi bencana untuk peserta didik, sebuah upaya terbentuknya karakter peduli lingkungan melalui kegiatan menanam bukan hanya berpegaruh pada masa depan anak saja melainkan pengaruh pada perubahan lingkungan yang sehat ketika generasi tanggap dan peduli akan bagaimana pentingnya merawat dan menjaga lingkungan sehingga dapat mengurangi resiko banjir serta bencana-bencana lainnya.
Salah satu kegiatan pembelajaran mitigasi bencana yang dapat di implementasikan pada anak usia dini adalah kegiatan peduli lingkungan dengan pembiasaan menanam sebagai bentuk dalam menumbuhkan peduli lingkungan, hal ini dapat dilakukan secara bertahap pada langkah awal yaitu dengan sebuah pengenalan tentang sebab akibat, simulasi bencana serta menunjukan beberapa macam jenis bencana seperti gempa bumi, longsor, puting beliung, kebakaran, banjir, kekeringan, penyakit menular hingga upaya penanggulangan atau mitigasi bencana memalui kegiatan dengan mendongeng, bermain dan pemutaran film atau video dan lain sebagainya.
Anak dengan kepribadian yang ramah lingkungan berdampak positif bagi kelangsungan hidup lingkungan. Sifat ramah lingkungan yang ditanamkan sejak kecil tidak berkurang seiring pertumbuhannya. Bahkan dengan pelatihan yang tepat, karakter hanya akan menjadi lebih kuat. Ia tentu perlu lebih memperhatikan dan melindungi keberadaan hewan, tumbuhan, air, tanah dan udara di sekitarnya sebagai suatu ekosistem yang saling berhubungan. Dengan demikian ekosistem tetap terjaga dengan baik dan tidak mudah rusak atau menimbulkan bencana ekosistem dimana-mana. Di sini, penting untuk mencegah (memitigasi) bencana lingkungan di usia muda.
Disusun Oleh
Ferani Mulianingsih, S.Pd., M.Pd.
Dr. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd.