SAMIN-NEWS.com, KUDUS – Tiga elemen masyarakat yang menjadi narasumber yakni tokoh adat setempat Mbah Marko, Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW), Filmaker Kudus Warih Bayu, dan Pimpinan Redaksi Suara Nahdliyin Rosidi berdiskusi membahas Folklor Depok Sunan Muria, Kamis (17/11/2022).
Kegiatan yang digelar KBPW itu menggelar screening film berjudul Depok Gubuk Persinggahan Sunan Muria. Serta membahas tentang kemunculan folklor, dokumentasinya dan mitos di muria serta perkembangan filem di Indonesia.
Sumarko selaku Tokoh adat Piji Wetan mengatakan, Depok merupakan tempat persinggahan Sunan Muria saat sedang berdakwah di Piji Wetan. Konon diyakini oleh masyarakat setempat banyak menerima pendidikan islam yang diajarkan Sunan Muria.
“Piji Wetan merupakan tempat persinggahan Sunan Muria yang diyakini sangat banyak manfaat dan pelajaran yang bisa diambil,” terangnya.
Lebih lanjut, tempat tersebut menjadi sarana prasarana Sunan Muria hingga penerusnya dalam berdakwah apapun. Seperti peternakan, bela diri, tumah tangga, kesehatan, pendidikan, pertanian.
Filmaker Kudus yang akrab disapa Bayu itu mengungkapkan, Warih Bayu menyampaikan bahwa pengerjaan folkor ke dalam sebuah dokumenter menjadi hal yang menarik untuk disampaikan kepada publik.
“Namun harus tetap diawasi oleh pihak tertentu serta komunitas yang mengawal pengangkatan budaya,” terangnya.
Lebih lanjut, agar menjadi karya baik dalam bentuk media tulis maupun film dokumenter. Menurutnya hal itu sangat luar biasa, nguri-nguri budaya dengan membuat folklor menjadi dokumenter.
“Pesan dan nilai-nilai tentang folklor harus tersampaikan dengan baik, hal itu harus jadi titik poin dalam film dokumenter,” jelasnya.
Rosidi selaku Pimpinan Redaksi Suara Nahdliyin Kudus menyebut, terkait folklor memang harus banyak digali dan dipublikasikan ke masyarakat. Agar hal itu dapat meluas mengenai folklor Sunan Muria yang berbentuk benda peninggalan.
“Banyak nilai dan makna dari Folklor, kearifan ekologis dan nilai pendidikan. Serta bisa juga dikerjakan dari berbagai sisi, seni, sufisme, pluralisme, dan sebagainya,” ungkap Kang Eros sapaan akrabnya.