Apa yang Masih Kurang Pada Bupati Soal Pedagang di Pusat Kuliner Pati

Membatalkan puasa hanya dengan sebungkus kerupuk sambil menggu menu pesanan di Pusat Kuliner Pati pun dilakukan Bupati Haryanto bersama Sekda Suharyono dan beberapa pimpinan OPD yang mendampingi usai bersepada bersama, tadi petang.(Foto:SN/aed)

SAMIN-NEWS.COM  APA yang kurang pada diri Bupati Haryanto dalam hal penataan para pedagang di Pusat Kuliner Pati. Soal kebijakan  memindahkan para pedagang dari zona merah dalam Kota Pati ke bekas lokasi Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH setempat, rasanya cukup bijaksana mengingat zona merah merupakan fasilitas publik yang tetap  harus dijaga kewibawaannya.
Dari sisi tanggung jawab, Haryanto sepenuhnya bertanggung jawab karena semua apa yang disampaikan dan dijanjikan kepada pedagang, satu per satu mulai coba dipenuhi, meskipun dihujat dan dicaci maki oleh kelompok pedagang yang merasa terganggu kepentingannya. Salah satu janji tersebut, akan mengajak para pimp[inan OPD di jajarannya untuk menyelenggarakan kegiatan di luar kedinasan di lokasi pusat kuliner.
Sebagaimana petang tadi, usai kegiatan rutin bersepeda bersama tiap pekan sampbil menunggu saatnya berbuka puasa yang tinggal beberapa menit, Bupati pun mengajak rombonganmnya seperti Sekda Suharyono, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Riyo, Kepala Bappeda Pujo Winarno, seRta sejumlah personel Dinas Pekerjaan Umum (DPUTR) memasuki pusat kuliner tersebut. Sedangkan yang tidak ikut bersepeda pun menyusul ke tempat tersebut.
Bahkan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Winarto juga mendahului datang ke tempat itu. Sedangkan yang lain ada pula, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purwadi dan Kepala Arpusda Suwanto berada di dalam satu tebde kuliner, terpisah dari tenda rombongan Buoati yang berada di sisi barat laut.
Di tenda lain juga tampak rombongan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dispermades), Muhtar. Selain itu juga ada Kepala Kesbangpol Susanto, dan beberapa OPD lain yang meyebar di tenda lain karena untuk berbuka puasa tentu menyesuaikan selera.(Foto:SN/aed)

Dengan demikian, janji Bupati yang seharusnya sudah kali kedua menikmati sajian kuliner para pedagang di lokasi tersebut, baru saat berbuka puasa tadi petang terpenuhi. Sebab, beberapa waktu sebelum puasa saat hendak makan maupun minum di tempat itu, semua yang seharusnya disediakan pedagang semua sudah habis, karena waktu itu pedagang yang berjualan masih terbatas.
Dalam hal uoaya untuk meramaikan pusat kuliner tersebut, tiap Sabtu malam atau pada malam libur juga digelar seni pertunjukan untuk menghibur masyarakat, dan juga para pengunjung. Seperti malam ini, karena di Bulan Suci Ramadan, maka kesenian yang ditampilkan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, adalah rebana.
Lampu penerangan yang dikeluhkan, kini juga sudah ditambah termasuk penerangan jalan umum (PJU) di sekitar lokasi. Sedangkan yang belum dilakukan, rekayasa lalu lintas, tapi hal tersebut akan disiasati dengan membongkar pagar keliling di sisi timur lewat selatan (kanan) GOR sehingga pengunjung dari Jl Koloner Sunandar (timur) langsung bisa masuk ke lokasi.
Sedangkan hal yang juga benar-benar dipegang secara konsekuen Bupati, yaitu para pedagang dalam kurin waktu tiga bulan pertama dibebaskan dari pembayaran retribusi. Jika listrik masih swering ”njegleg” karena pemakaian dayanya berlebihan, sehingga tanpa kendali sampai untuk sekadar menjerang air juga menggiunakan listrik.
Lagi pula hanya karena permasalahan yang sengaja ditimbulkan sendiri oleh mereka, ternyata masih ada yang menguhat dan mencaci maki Bupati. ‘Apalagi, jika tidak ucapan-ucapan ”waton” bahwa kebijakan Bupati itu menyengsarakan orang kecil. ”Salam waras yang merasa masih waras!!” (Ki Samin)
Previous post Masih Mau Berbuat Ketimbang Hanya Bicara
Next post Mengapa Bupati dan Sekda Membatalkan Puasanya dengan Makan Kerupuk?

Tinggalkan Balasan

Social profiles