Petugas bagian listrik dari Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati, tengah membuat lubang untuk mendirikan tiang penempatan boks KWh meter listrik di lingkungan Pusat Kuliner Pati (atas).Empat lampu penerangan dari Alun-alun Simpanglima Pati yang dipindahlan ke pusat kuliner tersebut semua mulai menyala (bawah).(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Jika masih ada pedagang di Pusat Kuliner Pati yang ”bengak-bengok”, menghujat, dan mengumpat Bupati jika terjadi lampu penerangan listrik itu mati, dipastikan karena ada faktor unsur kesengajaan. Yakni, penggunaan daya listrik untuk lampu penerangan di tenda-tenda tempat mereka berjualan saling ”jor-joran” tanpa ke dali.
Apalagi, mereka sama sekali tidak dipungut biaya penggunaan daya listrik yang terpasang sehingga ada sekelompok pedagang yang menggunakan ”aji mumpung.” Dengan kata lain, mereka ini sama sekali tidak mempunyai sedikit rasa toleransi terhadap sesama pedagang lain, karena bagi mereka yang penting harus mendapat bagian paling banyak sendiri.
Di sisi lain, kondisi itu juga diperburuk dengan munculnya salah seorang anggota Dewan yang sekarang juga ikut-ikutan hendak membuka usaha di lingkungan Pusat Kuliner Pati. Akan tetapi, saat melaksanakan pekerjaan penataan rumah dinas Perhutani KPH Pati yang disewa juga ikut-ikutan menggunakan daya listrik dari KWh meter yang terpasang di dekat lokasi calon tempat kegiatan usahanya.
Sampai sekarang pelakasnaan pekerjaan penataan masih berlanjut, dan jika menggunakan perkakas kerja yang menggunakan daya listrik mengambil langsung dari KWh meter itu. Bahkan kalangan pedagang saat ini di tempat mereka berjualan, hanya untuk sekadar memasak air pun menggunakan listrik, tapi jika daya listrik tidak mampu dan ”njeglek” yang jadi sasaran umpatan justru Bupati.
Sikap seperti itu menurut salah seorang pemerhati fasilitas publik di Pati, S Ismu sebagai sikap yang ”waton.” Sehingga difasilitasi apa pun masih selalu kurang, sehingga pihaknya mendapat informasi bahwa kelompok pedagang model ini sengaja difasilitasi bpenggunaan daya listrik secara khusus, dan merasa bangga dan merasa sebagai kelompok yang paling ditakuti.
Padahal seharusnya kelompok ini mengaca diri, apa yang sudah diperbuat agar lokasi Pusat Kuliner Pati ini benar-benar maksimal, dan bisa dinikamati secara bersama-sama pedagang lainnya. Sehingga sampai sekarang, di antara kelompok tersebut soal tempat yang sudah dialokasikan saja masih aling benturan soal kepentingan.
Dengan demikian, seharusnya sikap yang perlu dibangun seluruh pedagang yaitu mengupayakan agar bisa menarik pengunjung secara maksimal, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh pemerintah kabupaten (pemkab) setempat menggelar hiburan keseniqan, untuk menarik minat pengunjung. ”Jika merasa tidak mampu berbuat apa-apa, lebih baik bersikap diam itu justru menunjukkan sikap bijaksana sebagai masyarakat yang masih bergantung pada pemerintah,”tandasnya.
Terpisah, petugas bagian listrik, Jotho mengatakan, sesuai perintah atasan sampai siang tadi pihaknya harus memasang boks KWh meter khusus kelompok penyedia jasa mainan. ”Dengan demikian, di lokasi tersebut saat ini sudah terpasang lima boks KWh itu secara los, tapi risikonya dampak dari penggunaan listrik model itu benar-benar sangat riskan.”(sn)