SAMIN-NEWS.com, KUDUS – Puluhan sineas muda dari kalangan pelajar, mahasiswa dan umum mengikuti Kemah Budaya atau Muria Culture Camp 2023 di Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, Sabtu-Minggu (3-4/6/2023).
Selama dua hari, mereka mengikuti kemah alam terbuka, pendalaman materi perfilman, screening film dan penanaman pohon untuk kelestarian lingkungan.
Tak kurang dari 30 peserta yang sudah mempunyai draft proposal film bertema folklor Muria digembleng untuk pembuatan projek film berbasis folklor. Sebelumnya, mereka juga mengikuti lokakarya kebudayaan lewat seminar kebudayaan, kunjungan produksi film, hingga screening film folklor dan materi-materi perfilman.
Ketua Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, Muchammad Zaini mengatakan Kemah Budaya Muria ini dimaksudkan untuk mengajak generasi muda untuk mengenali kearifan lokal lewat visualisasi digital.
Hal ini menurut Zaini, juga tidak sebatas perlombaan film saja, melainkan juga menjadi media untuk melestarikan kekayaan muria baik itu cerita, sejarah, seni, lingkungan dan berbagai potensi di Muria.
“Ini adalah gerakan untuk mengajak anak muda menjadi subjek dalam pemajuan kebudayaan,” ucap Zaini, Minggu (4/6).
Pihaknya menyontohkan, langkah-langkah yang melibatkan banyak anak muda dalam pemajuan kebudayaan ini teraplikasi dalam pembuatan film berbasis folklor muria, aktivasi punden dan belik melalui penanaman bibit pohon, pembersihan sampah di sekitar lokasi hingga residensi film folklor.
“Harapan kami, anak-anak muda yang ikut kemah budaya ini, memunculkan keresahan-keresahan terhadap lingkungan sekitarnya, keresahan itu saya yakin akan menjadi karya yang luar biasa,” ungkap Zaini.
Sementara itu, Ketua Panitia Kemah Budaya Muria 2023, berharap pelaksanaan kemah budaya ini dapat melahirkan para sineas muda yang peka dan peduli terhadap sejarah dan folklor di sekitarnya.
Ia pun mengapresiasi semangat dan ide-ide kreatif dari para peserta yang ingin mengangkat folklor sampai merekonstruksi folklor lokal supaya pesan-pesan dan nilai-nilai lokal yang ada bisa tersampaikan ke masyarakat.
Salah satu peserta, Sineas asal Jepara Adamifa Sobirin mengungkapkan bahwa kegiatan Kemah Budaya ini sangat menarik dan merupakan hal baru baginya. Menurutnya, folklor yang diangkat dalam film memang sangat penting, sebab banyak folklor yang dianggap salah dipahami masyarakat, melenceng dari maknanya dan menakutkan masyarakat.
“Kita sering mendengar masyarakat salah menilai folklor, ada cerita rakyat yang seram, tragedi, dan ditakuti masyarakat. Dan ini perlu diluruskan, apalagi lewat film yang bisa diterima semua kalangan. Saya kira event ini sangat menarik, dan bisa menginspirasi banyak orang,” ungkap Adam.