SAMIN-NEWS.com, PATI – Wilayah Kabupaten Pati tahun 2023 diprediksi bakal mengalami musim kemarau kering dengan jangka panjang. Biasanya yang menjadi langganan kekeringan terjadi di wilayah Pati bagian selatan akibatnya adalah krisis air.
Kondisi demikian jika tidak disiapkan sejak dini, akan membuat khawatir masyarakat terhadap ketersediaan sumber daya air. Terlebih saat ini sudah jarang turun hujan. Sementara diprediksi sebanyak ratusan lebih desa di wilayah Pati bakal mengalami kekeringan.
Menanggapi kejadian ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyatakan akan mengambil langkah dengan membuat persiapan sedari awal, yaitu membuat peta wilayah mana saja yang berpotensi mengalami kekeringan.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Pati, Martinus Budiharjo Prasetya mengatakan berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kondisi yang dialami tahun 2023 akan cenderung sama dengan tahun 2019. Saat itu, di Kabupaten Pati sebanyak 147 desa mengalami kekeringan dan krisis air.
“Prediksi dari BMKG, kita akan ada el nino, sama dengan tahun 2019 kemarin. Setelah tahun 2020 sampai tahun 2022 itu kita mengalami kemarau basah, tetapi di tahun ini diperkirakan kemarau lebih kering dan lebih panjang,” katanya, kemarin.
“Sehingga kita mempunyai patokan atau referensi tahun 2019 itu. Saat itu ada 147 desa di Kabupaten Pati yang mengalami kekeringan,” sambung Budi.
Kendati mengacu data tahun 2019 itu, pihaknya menyatakan akan membuat pemetaan wilayah mana saja yang rawan kekeringan ekstrim. Dari situ, nantinya bisa memudahkan berbagai pihak dalam rangka pendistribusian air bersih kepada masyarakat.
“Upaya yang dilakukan pertama adalah kita akan membuat peta atau pemetaan desa-desa yang rawan. Kemudian kita akan mengumpulkan perbankan, csr, perusahaan untuk ikut peduli membantu warga yang membutuhkan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan kemungkinan yang perlu disediakan adalah sumber air bersih. Di mana tahun 2019 kemarin berdasarkan data yang dimilikinya bantuan air yang disalurkan itu sebanyak 1600 tangki.
“Tidak hanya dari BPBD, tapi semua. Dari pemerhati lingkungan, csr, pengusaha, perusahaan besar maupun kelompok alumni sekolah. Data 2019 itu yang menjadi acuan kita untuk mengatasi kesiapan menghadapi kemarau,” pungkasnya.