Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperind) Kabupaten Pati, Rekso Suhartono tengah mengecek pemasangan fasilitas ”Wireless Fidelity” (WiFi) di sudut ruang kantor Tempat Pelelangan Kayu (TPK) Perhutani KPH Pati (atas). Tiang lampu penerangan di Pusat Kuliner Pati yang difungsikan untuk menempatkan titik akses (hotspot).(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Rumus untuk bisa memuaskan semua orang tidaklah hanya sekadar omong belaka, tapi harus ditebus dengan harga mahal. Paling tidak itulah untuk menggambarkan kondisi riil atas upaya pemerintah kabupaten (pemkab) setempat yang secara terus menerus brbenah menata Pusat Kuliner Pati, di bekas lokasi Pusat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH setempat.
Kendat demikian, masih adanya kelompok orang yang tak tahu diuntung dengan congkak dan sombongnya menyatakan diri sebagai orang cilik yang tertindas dan sengsara. Hal itu menunjukkan, bahwa orang-orang model oportunis ini tidak pernah merasakan bagaimana rasanya orang tertindas dan orang yang sengsara.
Di sisi lain, sampai saat ini masih banyak warga yang ”gentayangan” mencari lokasi berjualan di pusat kuliner itu, karena merasa sama-sama sebagai warga Pati yang seharusnya juga bisa menikmati layanan fasilitas sama. Namun anehnya, orang-orang yang sudah ditempatkan dalam lingkungan ini masih selalu merasa kurang dan kurang, sehingga setiap saat selalu melemparkan hujatan serta