SAMIN-NEWS.com, PATI – Lokus desa stunting di Kabupaten Pati ada penambahan. Hal ini ini diketahui saat Rakor Rembug Penanganan Stunting di Pendopo setempat pada Selasa (27/6/2023). Acara tersebut dihadiri oleh Forkopimda, OPD, Kapolresta, Dandim, stakeholder hingga kader PKK.
Lokus desa stunting di Kabupaten Pati tahun 2023 ini tercatat ada 24 desa. Kemudian tahun 2024 ditetapkan sedikitnya ada 30 desa lokus stunting. Pun dengan jumlah kasus stunting juga ada angka penambahan.
Diketahui dari data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) per Februari 2023, dari jumlah 72 ribu sekian balita di Pati di antaranya 4.185 mengalami hambatan pertumbuhan atau setara 5,78 persen.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati Aviani Tritanti Venusia mengungkapkan penambahan lokus didapat dari hasil penimbangan. Kemudian lokus tahun 2024 itu ditetapkan tahun 2023.
“Kasusnya memang sedikit naik ya, dari tahun 2022 angkanya 5,43 persen itu menjadi 5,78 persen. Karena balitanya juga semakin banyak. Jadi mestinya ada kenaikan,” kata Aviani usai kegiatan.
Berdasarkan data EPPGBM itu pula, ada sejumlah kecamatan yang menyumbang angka kasus stunting di Kabupaten Pati. Antaranya Kecamatan Margorejo dari 3.296 balita 14.07 persen dengan status keterangan pertumbuhan pendek 393 nalita dan sangat pendek ada 71 balita.
Disusul Kecamatan Dukuhseti menyumbang 12,70 persen. Kemudian Kecamatan Jakenan sebesar 11,55 persen. Meski cukup tinggi, dia tak ingin muncul kasus stunting baru. “Sebenarnya yang tidak kita kehendaki itu adalah munculnya nama-nama baru,” terangnya.
Tingginya kasus stunting itu menjadi perhatian serius Pemkab Pati. Penanganan stunting ini digarap melalui skema konvergensi atau istilahnya keroyokan dari dinas-dinas teknis terkait dengan berbagai program kegiatan. Intervensi tersebut dilakukan secara terkoordinir dan terpadu menyasar langsung kepada sasaran.