Menghilangnya Tempe Setebal ATM

Redaktur ”Samin News” Alman ED (Foto:SN/aw)


SAMIN-NEWS.COM  BERSAMAAN munculnya sosok bayang-bayang yang tiba-tiba memproklamirkan diri sebagai presiden di negeri subur makmur, gemahripah lohjinawi karena semua yang ditanam bisa tumbuh atau ”thukul kang sarwa tinandur” serta semua yang terbeli dengan harga murah atau ”murah kang sarwa tinuku,”  mendadak menghilanglah tempe setebal ATM. Ya sudah semestinya, karena tempe dengan ketebalan seperti itu jelas tak beda dengan tempe khayalan.
Sebab, tempe itu bahan baku untuk membuatnya berasal dari kedelai, dan satu butir kedelai itu tebalnya jelas antara 4 -5 mm. Sedangkan proses pembuatannya melalui sistem peragian, sehingga jika sudah jadi tempe pasti diikuti  tumbuhnya  jamur lembut yang menutup bahan baku rata-rata ketebalannya pun tidak akan berkurang.
Karena itu, kalau ada ATM yang tebalnya 4-5 mm  pasti khusus ATM-nya orang-rang kaya di negeri ini, tapi menyimpan uangnya di luar negeri .Akan tetapi jika sampai ada ATM setebal itu juga bisa saja ATM khayal, dan jangan-jangan sosok bayang-bayang sebagai pemimpin di negeri ini juga presiden khayal.
Benar-benar, sungguh terlalu. Padahal yang diharapkan oleh masyarakat, adalah adanya bukti riil bahwa har-harga akan serba murah, sehingga rakyat akan dibuat bisa tersenyum, tapi kalau itu harg-harga khayalan justru sangat murah sekali, meskipun sebenarnya soal harga murah atau mahal itu tergantung dari mulutnya penjual.
Jika yang disebutkan dalam janji sebagai harga murah, pasti rakyat berasumsi bahwa itu pasti menyangkut harga kebutuhan pok. Di antaranya beras, sehingga jangan-jangan berasnya juga beras khayal karena adanya beras itu merupakan hasil jerih payah menanam padi para petani, dan biaya selama dalam proses itu tidak pernah murah.
Sebut saja, berapa biaya untuk membeli benih padi yang akan ditanam, berapa biaya besar biaya pengolahan lahan, tanam, pemeliharaan yang di dalamnya sudah barang tentu harus diikuti dengan pemupukan. Belum lagi, biaya pemeliharan lainnya seperti menyiangi rumput (matiun) sampai biaya pemotongan saat tiba musim panen.
Lalu bagaimana jika dari segi pembiayaan  sudah cukup mahal, tapi mengapa harga pwenjualannya harus dipatok dengan harhga murah. Memang benar-benar sungguh terlalu, dan semua ini pasti gara-gara terlalu banyak membaca karya-karya fiksi, di mana ada salah satu cerita fiksi yang menggambarkan bahwa negeri ini akan musnah di Tahun 2030.
Berdasarkan hal-hal tersebut, jika ini memang negeri khayalan atau negeri dongeng  akan runtuh  justru karena faktor presiden sebagai pemimpinnya adalah presiden khayal, atau karena memang pengkhayal. Sehingga orang-orang yang mengelilinginya juga para pengkhayal, bagaimana rasanya bisa memuwudkan dan mendirikan sebuah negara kilafah.
Padahal di negara asalnya, para pengkhayal ini sudah tidak lagi punya tuan maka mau mencari tuan di negeri ini. Karena itu, sampai urusan tempe juga dikhayalkan setebal ATM, dan jika presiden khayal, maka urusan tempe yang diolok-olok setebal ATM  secara otomatis pasti menghilang , karena fakta dan realitasnya tidak ada.
Begitu seru-serunya soal pemimpin khayal, sehingga sampai tempe pun tempe khayal apalagi urusan lainnya yang pasti banyak khayalnya, kucingku ”Si Pintar” sudah menarik-narikku agar segera bangun dari tidur karena hariu sudah siang. Ternyata semua itu tadi hanya mimpi yang sarat dengan hal-hal khayal.(Ki Samin)
Previous post Terjajahnya Hak Publik di Jalan Raya
Next post Pengundian Tempat untuk Pedagang di Pusat Kuliner Pati Hingga Minggu

Tinggalkan Balasan

Social profiles