Catatan Redaksi; Yi Ngamin

Redaktur ”Samin News” Alman ED.(Foto:SN/aw)


SAMIN-NEWS.COM  KENDATI dari sisi usia Yi Ngamin ini sudah berbau tanah tapi dinilai oleh cucu-cucunya belum bisa menata hati. Sikap dan perilakunya seolah-olah sebagai manifesto salah satu baris terakhir dalam sajak Chairil Anwar, ”Aku mau hidup seribu tahun lagi,” tapi karena tak bisa menata hatinya, maka kakek gaek ini menjadi lupa bahwa matahari itu tidak selalu terbit selamanya, melainkan ada waktu dan saatnya untuk tenggelam.

Karena itu sebagai genarasi anak-ciucu Yi Ngamin, tidak ada salahnya jika mencoba mengingatkan bahwa tidak selamanya apa yang diucapkan dan dilakukan orang tua pasti benar. Apalagio jika mengingatkan tersebut berkait dengan konteks berbangsa dan bernegara yang berdaulat, sudah pasti kedaulatan itu di tangan rakyat.

Dengan demikian, dalam konteks ini, yang harus disadari Yi Ngamin, bahwa rakyat di republik ini bukanlah ayam aduan yang mudah diadu-adu. Sehingga tidak sepantasnya, sebagai rakyat yang merdeka dan pemegang kedaulatan atas negara kesatuan ini akan ”sampeyan” bentur-benturkan sesama rakyat, hanya hanya karena proses dalam upaya meraih kekuasaan melalui pemilihan umum.

Itu pun hanya berdasarkan perkiraan dan kecurigaan, bahwa dalam pemilu nanti akan terjadi kecurangan. Kecurangan atas apa dan oleh siapa, bukankah semua itu sudah ada salurannya serta aturan mainnya, jika kecurigaan tersebut benar-benar bisa dibuktikan sehingga bukan sekadar berteriak-teriak, karena merasa masih bisa berteriak.

Sadarlah Yi Ngamin, jika teriakan Yai berhasil membenturkan sesama rakyat, sebenarnya dosa apa yang harus  ”sampeyan” pertangungjawabkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Sebab, selamanya imbalan yang akan kau dapatkan, tidak ada lain kecuali pembusukan sejarah atas dirimu oleh para anak cucu.

Seharusnya selama masih diberikan kesempatan untuk melihat terbit dan tenggelamnya matahari kehidupan, janganlah terlalu culas dan mudah diperbudak oleh kekuasaan. Ingatlah, Yi Ngamin, bahwa hidup siapa pun  di dunia ini tidaklah terlalu lama, karena masih lama kalau besok di alam baqa.

Akan tetapi mengapa hanya karena keblinger kekuasaan, lontaran ancaman akan menggunakan kekuatan rakyat untuk saling diadu. Hal itu sama saja, rakyat atau umat yang setiap denyut nadi dan nafasnya diharuskan untuk saling berpesan tentang kebaikan dan kebenaran, justru membuatmu silau akan kekuasaan yang sebenarnya tidak langgeng itu.

Sekali lagi, Yi Ngamin, sebagai khalifah di bumi ini, seharusnya ”sampeyan” jangan selalu terlena karena bius politik atas sebuah kekuasaan, sampai-sampai yang terlontar adalah ancaman, dan itu tidak semestiya ”sampeyan” lakukan. Apa susahnya untuk menyelesaikan urusan politik hanya karena kecurigaan pemilu curang kepada lembaga yang berwenang, siapa lagi jika tidak ke Mahkamah Konstitusi (MK) kita.(Ki Samin)

Previous post Kamar subkontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah terbatas.
Next post Lampu Hias untuk Pusat Kuliner Pati Terus Ditambah

Tinggalkan Balasan

Social profiles