Priyo; Bertahan dalam Seni Tradisional Sendirian

Priyo, Dalang Wayang Klithik di Pati


SAMIN-NEWS.COM PATI –  Hadir sebagai sosok humoris dalam Parade Seni dan Budaya Pati, Sabtu (9/3) malam (tadi malam), lelaki bapak tiga putri warga Desa Tanjungrejo, Kecamatan Margoyoso Pati ini, tampil sebagai salah satu narasumber yang lebih mengedapankan rasa optimidtis. Pertanyaannya, optimistis dalam hal apa, barang kali kita sulit bisa memahami jika menyangkut soal ukuran.
Apalagi, jika yang harus diukur adalah sebuah sukses dalam mempertahankan diri untuk apa yang menjadi pilihannya sebagai seorang dalang. Sebab, dalang pun bukan dalang untuk pertunjukan wayang kulit , wayang orang, wayang golek atau seni pertunjukan ayang lainnya. Aakan tetapi pria kelahiran 1964 ini memiluh sebagai dalang seni pertunjukan wayang yang sulit jika diukur dengan sebutan sebagai dalang sukses.
Hal tersebut sudah dilakukan 10 tahun lalu, bukan waktu yang singkat untuk ukuran kesendirian dalam menekuni profesi dalang untuk wayang ”klithik.”  Karena itu lelaki ini pun menekuni pula sebagai dalang wayang kulit, agar bisa tetap bertahan untuk tampil sebagai dalang wayang ”klithik,” meskipun sampai saat ini tudak menarik seorang pun untuk ikut melestarikan dan mempertahankannya.
Jika kemampuan mendalang seni pertunjukan wayang yang langka ini mau diwariskan kepada anggota keluarganya, jelas tidak mungkin. ”Sebab, tiga anak kami semua perempuan yang sudah memilih pekerjaan sebagai perawat, juru rias (kecantikan) dan yang bungsu masih melanjutkan sekolah,”ujarnya.
Akan tetapi bagi dia, katanya lagi, hal itu tidak penting karena dia selalu mendomentasikan setiap kali harus tampil mndalang wayang ”klithik” meskipun untuk pentas hanya sekali dalam satu tahun, yaitu pada acara bersih desa atau ”sedekah bumi.” Dengan demikian, suatu saat pasti ada yang tertarik untuk mendalami seni pertunjukan wayang itu, sehingga dokumen pertiunjukan wayang itu tetap sebagai harta berharga.
Berkait apa wayang ”klithik” tersebut, tak beda jauh dengan wayang golek karena terbuat dari kayu. Bedanya, hanya pada karakter tokoh yang harus dimainkan, dan bentuk wayangnya seperti dimensi wayang kulit, dan yang pasti oleh pihak Rumah Seni Pati, dia mendapatkan kesempatan tampil dalam parade tersebut, Sabtu (23/3) mendatang.
Dari toloh-tokoh wayang yang akan ditampilkan, untuk tokoh Semar tentu tidak ketinggalan, tapi dalam wayang ”klithik” tidak ada sebutan nama tokoh Semar, tapi ”Sabdo Palon” bersama pasangannya ”Noyogenggong.” Karena itu, tampilannya di Kota Pati atau memngambil tempat di bekas lokadsi Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH Pati, adalah sebuah kehormatan tersendiri.
Namun sayangnya yang menjadi kendala selama ini untuk menpertahankan seni pertinjukan wayang langka tersebut, dia sama sekali tidak mempunyai perangkat gamelan. ”Kami pun menggindari untuk meminta-minta, tapi kalau pemerintah mempunyai fasilitas tersebut untuk digunakan mengiringi pertunjukan wayang ini tentu lebih baik,”swelorohnya.(sn) 
     
Previous post WNA Bisa Menjadi Pemilih dalam Pemilu Asal Terdaftar Sebagai Pemilih
Next post Bupati Haryanto;Menurunkan Angka Kemiskinan Bukan Pekerjaan Mudah

Tinggalkan Balasan

Social profiles