Bupati Haryanto bersama jajaran seusai sosialisasi penataan pedagang kaki lima (PKL), di pendapa Kabupaten Pati, Rabu (16/1) kemarin.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Jika untuk mengusung ”boyongan” ratusan pedagang kaki lima (PKL) Alun-alun Simpanglima, Jl P Sudirman dan Jl Pemuda dijadwalkan Februari mendatang, maka sisa waktu yang tersedia tinggal sekitar dua pekan, atau maksimal 1 s/d 1,5 bulan. Lokasi yang disediakan adalah bekas Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH Pati.
Dengan demikian yang mendesak untuk dirumuskan tak lain yaitu upaya rekayasa lalulintas, karena hal itu menyangkut akses jalan keluar maupun masuk dari dan ke lokasi tersebut. Bahkan hal tersebut merupakan kata kunci untuk menarik pengunjung, selain upaya dan rekayasa penataan para pedagang, kenyamanan, kebersihan, keindahan, keamanan , dan sarana prasarana pendukung lainnya yang harus dimaksimalkan.
Dalam diskusi kecil ”Samin News” dengan salah satu pemerhati fasilitas publik di Pati, M Hadi yang bersangkutan memberikan masukan dan gambaran, tentang rekayasa lalu lintassebagai hal yang pada tahap awal mendapat perhatian serius dari pihak yang berkompeten. Hal itu mengingat letak lokasi ada pada ruas jalan cukup pendek yang selama ini merupakan jalur untuk semua jenis kendaraan yang datang dari barat (Jakarta), yaitu Jl Tunggul Wulung.
Karena itu, katanya, ruas jalan itu harus ditutup untuk semua jenis kendaraan tersebut kendati truk-truk atau kendaraan bermuatan berat lainnya sudah ada rambu larangan masuk kota yang terpasang di ujung barat Jalur Lingkar Selatan (JLS) Pati, di Desa Sokokulon, Kecamatan Margorejo. Itu artinya semua jenis kendaraan tersebut dari barat harus masuk ke JLS.
Akan tetapi kenyataannya, masih banyak yang melanggar rambu larangan itu baik siang maupun malam. Sebab ruas Jl Tunggul Wulung dari ujung di Taman Stasiun hingga depan Perhutani KPH Pati, idealnya disediakan sebagai area parkir, untuk kendaraan pengunjung baik roda dua maupun empat, sehingga akses jalan masuk ke dalam lokasi dari sisi barat perlu dibuka lagi minimal satu atau dua pintu yang juga berfungsi sebagai pintu keluar.
Terbukanya akses pintu/jalan masuk dan keluar yang hanya beberapa meter dari lokasi maka pengunjung akan merasa nyaman. ”Dengan demikian, arus lalu lintas dari barat setelah lepas dari lampu pengatur lalulintas patung kuda, langsung ke timur sampai pertigaan Tugu Tani bila pagi hingga sore hari belok kiri masuk ke Jl Kolonel Sunandar,”paparnya.
Sebab, katanya lagi, jika lurus ke timur atau Jl P Sudirman di ujung pertigaan tersebut ada rambu larangan untuk semua jenis kendaraan sampai pukul 22.00 karena ruas jalan itu satu arah dari timur ke barat. Karena itu, rambu larangan tersebut harus diubah waktunya cukup sampai pukul 18.00, atau dari pukul 06.00 s/d 18.00.
Tujuannya untuk mengurangi kepadatan arus lalulintas di Jl Diponegoro yang selama ini juga diberlakukan sistem satu arah (barat ke timur), karena akses ruas jalan tersebut akhirnya harus dibuka untuk dua arah. Sehingga untuk menju lokasi pusat para pedagang yang dari timur selepas perempatan Puri bisa langsung masuk ke Jl Tunggul Wulung, tinggal menambah satu lampu pengatur lalu lintas di sisi timur.
Sedangkan di perempatan lain, baik Randu Kuning maupun Bleber di ruas jalan tersebut untuk lampu pengatur lalu lintas sudah lengkap. Dengan demikian, para pengguna jalan dari utara sampai perempatan tersebut bisa belok kanan masuk ke Jl Diponegoro jika hendak ke barat, dan yang dari selatan jika keperluannya sama bisa belok kiri, termasuk yang dari Jl Kolonel Sunandar.
Melalui rekayasa lalu lintas itu, maka pengunjung akan merasa nyaman memarkir kendaraannya di Jl Tunggul Wulung yang sudah ditutup untuk semua jenis kendaraan. Jika area parkir kendaraan pengunjung di ruas jalan itu sampai luber, maka masih ada area parkir di halaman Kantor Perhutani KPH Pati, serta halaman sisi kiri maupun depan GOR.
Hanya yang perlu ditambah fasilitas di ruas jalan tersebut maupun sekitar GOR, adalah lampu penerangan yang benar-benar maksimal agar suasana yang terkesan gelap pada malam hari berubah terang benderang. Akan tetapi, barang kali timbul pertanyaan kalau parkir di Jl Tunggul Wulung masuk dari timur lalu keluarnya lewat mana?
Atas pertanyaan tersebut, semua kendaraan untuk keluar lebih tepat jika kembali ke timur, karena yang hendak ke timur lurus ke Jl Diponegoro. ”Demikian pula bagi yang hendak ke utara maupun selatan tinggal belok kiri dan kanan ke Jl Kolonel Sunandar, sehingga lampu pengatur lalulintas perempatan Puri khususnya yang di ujung Jl Tunggul Wulung di undurkan atau digeser sedikit ke barat,”imbuh M Hadi.(sn)