Satu kolam ikan baru dan berikutnya segera menyusul satu kolam lagi, kini mewarnai lingkungan Kampus Kehidupan di kawasan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Setelah menata lingkungan Kampus Kehidupan di kawasan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati dengan menanam sejumlah jenis pohon penghijauan . Forum Wartawan Payti (FWP) bersama Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak FWP ganti mencoba budidaya ikan. Sepetak lahan yang semula dicoba ditanami sayuran, kini diganti kolam dari terpal, untuk memelihara ikan.
Terakhir teah selesai dibuat dua kolam masing-masing berukuran 3 X 6 X 0,80 meter sehingga besok pagi tinggal mengisi benih ikan jenis nila, baik hitam maupun merah. Untuk keperluan tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) membantu benihnya, dan hal sama juga sudah dilakukan satu bulan lalu.
Sebab, kata salah seorang engurus yang bertanggung jawab soal lingkungan, Imam S, sekitar pertengahan Desember 2018 lalu pihaknya juga sudah berhasil membuat dua buah kolam dengan bahan dan pola sama. Dengan demikian, ikan jenis tersebut yang diebar saat itu sekarang sudah berumur satu bulan.
Untuk mengisi dua kolam tersebut DKP memberikan bantuan benih sekitar 3.000 ekor, sehingga jumlah tersebut terhitung cukup banyak. ”Sedbab, upaya memelihara ikan dalam kolam dari terpal ini sifatnya baru mencoba, karena mencari apa yang cocok untuk dikembangkan di Kampus Kehidupan akan selalu dilakukan, selain menanam pohon,”ujarnya.
Ikan jenis nila merah dan hitam dalam kolam dari terpal plastik yang ada di Kampus Kehiduoan lingkungan kawasan TPA Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati yang saat ini sudah berumur satu bulan.(Foto:SN/aed)
Jika saat ini pihaknya kembali memelihara ikan jenis tersebut, katanya lebih lanjut, hal itu sebagai jawaban atas kegagalan yang dialami satu tahun lalu. Saat ini uoaya memelihara ikan dilakukan dengan menebarnya di bak terakhir instalasi pengolahan air limbah (Ipal) TPA model ”Sanitary Landfile.”
Akan tetapi sekitar 3.000 ekot benih ikan yang ditebar di bak tersebut semua mati karena bak terakhir Ipal yang seharusnya menghasilkan standar air buangan, ternyata tercemar oleh limbah gagal proses. Sehingga kondisi Ipal tersebut sampai sekarang memunculkan ancaman pencemaran jika musim penghujan, karena semua bak terisi penuh air hujan bercamur limbah Ipal.
Terkepas dari hal tersebut, upaya untuk bisa memelihara ikan agar bisa dilihat oleh anak-anak saat berkunjung ke TPA dipelihara dalam kolam terpal. Akan tetapi lokasi itu bisa dikunjungi anak-anak jika akses menuju ke kolam dan areal tanaman pepohonan jenis gaharu bila sudah selesai pembuatan jalan setapak.
Selain dua kolam ikan yang sudah terisi benih, dan dua kolam lainnya seesai proses pembuatannya akan segera disusul pembuatan dua kolam ikan lainnya. ”Jika itu semua bisa diwujudkan maka di Kampus Kehiduan terdapat enam kolam untuk memelihara ikan yang bisa dimanfaatkan untuk belajar anak-anak,”imbuh dia.(sn)