DARI multitafsir tentang “Wong Sikep” seharusnya cukup dengan berpikir sederhana. Hanya dengan diwakili ungkapan, bahwa “Wong Sikep itu weruh weke dhewe” (tahu miliknya sendiri)
Sebab hal itu sebagai nilai dan cerminan dari penegasan tentang kepemilikan, baik dalam kondisi terancam maupun dalam sikap keseharian yg wajar.
Karena itu, oleh mereka lebih banyak ditekankan pada kewajiban dan tanggungjawab yang benar-benar melekat di dalamnya. Dengan “weruh weke dhewe” maka “Wong Sikep” mempunyai “angger-angger” (patokan)
dalam keseharian. Yaitu, tidak iri atas milik orang lain.
Selebihnya “angger-angger itu diikuti dengan perilaku dan penyikan yang jujur. Tentu tidak mempunyai sikap tidak “jrengki, srei, dahwen, kemeren” lan “aja nyia marang sepada”. (AED)