Dibutuhkan Keberlangsungan Memberi dengan Hati

SAMIN-NEWS.COM, MARAKNYA kepedulian untuk memberi karena pengaruh atmosfir kehidupan di bulan Suci Ramadan, adalah suatu hal yang wajar sebagai amalan dalam berlomba-lomba mendapatkan ridha-Nya. Karena itu, apa yang saat ini tengah berlangsung  dilakukan baik secara individu maupun kelompok patut diberikan catatan tersendiri.

Sebab, secara kasat mata setiap hari saat menjelang berlangsungnya pembatalan puasa Ramadan, di pinggir jalan atau di tempat-tempat strategis lainnya kita bisa melihat pembagian makanan dan minuman yang mensegerakan (takjil) pembatalan puasa. Di sisi lain, kita juga melihat banyaknya kelompok yang menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama.

Terlepas dari kemewahan maupun kesederhanaan apa yang tersaji, di dalamnya mengalir denyut nadi sebuah kesamaan dalam berbagi. Hanya yang menjadi pertanyaan, benarkah dalam berbagi itu benar-benar menyentuh esensi tentang sasaran dan tujuan dari maksud berbagi itu sendiri, atau hanya sekadar menampilkan bentuk serta sikap individualistis setiap kelompok?

Jika maksud yang dikandung memang demikian, maka hal itu hanya akan membuahkan sebuah kebanggaan sesaat karena tanpa disadari, ada sisi lain yang tetap terabaikan. Yakni, realitas bahwa ada banyak individu lain di luar tiap kelompok yang sama sekali tidak tersentuh kepedulian dalam konteks berbagi, atau hanya sekadar untuk berbagi selama bulan Suci.

Padahal hari-hari berikutnya setelah hiruk-pikuk peduli untuk berbagi itu berlalu, maka kita akan kembali melihat ketimpangan dan menganganya jurang pemisah antara si kaya yang bisa berkelompok, tapi si miskin tetap dalam kesendirian. Sebab, di antara mereka tak mampu berkelompok karena dari banyak hal memang tidak mempunyai kemampuan.

Dengan demikian, tiap individu ini tak pernah bisa lepas dari belitan ketidakmampuan dalam mengatasi masalahnya sendiri sehingga memvonisnya sebagai suratan takdir. Karena itu, dalam upaya untuk saling berlomba untuk peduli dan berbagi, seharusnya tidak hanya selama berlangsungnya bulan Suci Ramadan.

Untuk mengubah pemikiran dalam konteks budaya peduli berbagi, hal itu harus tumbuh dari kesadaran  tiap-tiap individu bahwa realitas sosial di lingkungan kita sendiri selama ini masih timpang. Sehingga dibutuhkan kesadaran, untuk bisa peduli berbagi dengan hati, karena pada hati itulah setiap individu mempunyai rasa.

Satu di antaranya rasa untuk peduli berbagi dengan sesama, agar tidak hanya sekadar mngejar ridha-Nya di bulan Suci Ramadan dengan berpuasa dan beramal. Dengan berpuasa seharusnya memunculkan lanjutan kesadaran  untuk lebih meningkatkan kepekaan rasa, agar mata hati kita ini tidak lagi dibutakan oleh tumpulnya rasa sebagai makhluk sosial.

Previous post Stop Pers
Next post Tertibkan Truk yang Parkir di Bahu Jalan

Tinggalkan Balasan

Social profiles