Benteng Terakhir Pendidikan Itu Kejujuran

Ketua Komisi D DPRD Pati, Mussalam.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PENDIDIKAN itu sebuah proses yang identik dengan pembelajaran formal maupun nonformal untuk mencapai sebuah tujuan.Jika anak berproses dalam kancah tersebut hasilnya sudah barang tentu yang sebelumnya mereka tidak tahu tentang sesuatu akhirnya menjadi tahu banyak hal tentang sesuatu.
Karena itu, lembaga penyelenggara pendidikan formal akan terus diminati masyarakat yang mempercayakan pendidikan formal putra-putrinya dari jenjang ke jenjang, sampai benar-benar mereka melek tentang ilmu pengetahuan. Capaian untuk itu boleh menumpuk setinggi gunung, tapi akan menjadi sia-sia jika dalam mengimplentasikannya tanpa pembentengan yang kekuatannya berlapis-lapis.
Lapis utama sekaligus terakhir dalam membingkai pendidikan untuk anak, kata salah seorang tokoh pendidikan yang juga Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Pati, Mussalam, tak lain adalah kejujuran. Dengan kejujuran di dalamnya akan memancarkan moralitas anak, sehingga anak akan terbentengi untuk tidak melakukan perbuatan tercela.
Dengan demikian, dalam mengawali proses masuknya ke kancah lembaga pendidikan formal, para orang tua janganlah menuntut anak untuk memenuhi ambisi dan gengsi. ”Apalagi, jika mengharuskan anak agar bisa diterima di sekolah favorit sebagai bukti keberhasilan pendidikan putra-putrinya,”ujarnya.
Dampak buruk yang ditimbulkan pada saat proses penedaftaran peserta didik baru (PPDB) seperti  sekarang untuk jenjang SMP ke SMA/SMK, katanya lagi, kendati tiap tahun diubah untuk menghasilkan yang terbaik, tetap sulit dicapai. Kendati dengan sistem zonasi seperti saat ini, seharusnya secara normatif pasti tidak akan mengundang banyak permasalahan.
Akan tetapi ketika harus direkayasa lagi, bahwa calon murid dari keluarga tidak mampu harus diterima berdasarkan surat keterangan tidak mampu (SKTP), pada hari terakhir pelaksanaan PPDB saat ini pihaknya mendapat banyak komplain dari masyarakat. Poko permasalahannya, yaitu kuota pengguna SKTM justru dinilai berlebihan.
Akibantnya, pemegang nilai yang lebih baik harus tergeser oleh pemberlakukan SKTM yang diindikasikan ada unsur kesengajaan. Maksudnya, agar putra-putrinya bisa diterima di sekolah yang diinginkan orang tua murid yang sebenarnya mampu sampai hati mengingkari kejujuran dengan mencari SKTM.
Padahal jika mau mendaftarkan diri dengan sistem zonazi yang diberlakukan, setiap calon murid diberikan untuk mendaftar dengan empat pilihan. ”Lagi-lagi, sekolah yang dipilih tetap sekolah yang dianggap paling favorit, maka penumpukan calon murid baru di sekolah tertentu pun tka bisa dihindari,”katanya.(sn)
Previous post Sejarah Pendidikan membuat Candi Borobudur.
Next post Mengungkap Peradaban Usang Pati Tempo Dulu (lanjutan)

Tinggalkan Balasan

Social profiles