Beras renteng kemasan 200 gram/bungkus produk Perum Bulog siap memenuhi ketersediaanpangan bagi wong cilik.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM SAAT Budi Waseso (Buwas) dipercaya mengemban Dirut Perum Bulog, maka gebrakan pertama yang langsung dilakukan di seluruh jajaran BUMN itu, adalah mempersiapkan ketersediaan produk Beras Renteng. Yakni, beras kualitas premium dengan kemasan 200 gram/bungkus.
Tujuan dan dasar pemikirannya tak lain sebagai ketersediaan kebutuhan pangan, utamanya bagi wong-wong cilik yang kemampuan daya belinya terbatas. Sehingga mereka tidak akan lagi menghadapi ketersediaan pangan bagi keluarganya, karena jika hanya memiliki uang Rp 2.500 sudah bisa membeli satu bungkus.
Dari satu bungkus kemasan itu jika ditanak sesuai hasil uji-coba bisa menyediakan tiga porsi (piring) nasi, sehingga benar-benar sebuah upaya ideal yang harus mendapat dukungan semua pihak. Dengan kata, lain siapa pun yang terlibat dalam perberasan di republik ini hendaknya tidak terecoki untuk ikut memanfaatkan kesempatan tersebut.
Jika perlu suatu saat bisa menjalin kerja sama dengan Perum Bulog, untuk melakukan kontrak pengadaan atau ikut menjadi penyalur ke konsumen. Dengan demikian, pemerataan ketersediaan beras tersebut benar-benar bisa dinikamati warga yang kemampuan daya belinya tidak maksimal, karena pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari memang terbatas.
Akan tetapi dengan keterbatasan daya beli itu, bukan berarti warga berpenghasilan rendah itu tidak bisa menikmati bahan pangan beras kualitas premium. Dengan memiliki ketersediaan uang Rp 5.000 saja, maka yang Rp 2.500 untuk membeli satu bungkus beras itu, dan sisanya Rp 2.500 bisa digunakan membeli telur sebagai lauk-pauknya.
Upaya memperkenalkan produk beras itu kini juga tengah digencarkan pihak Bulog Sub-Divre Pati yang mempunyai wilayah kerja Kabupaten Pati, Jepara, Kudus, Rembang, dan Kabupaten Blora. Paling lambat pada awal Agustus mendatang beras itu sudah bisa dinikmati oleh warga melalui pembelian di tiap-tiap rumah pangan kita (RPK) yang ada di setiap kabupaten tersebut.
Untuk keperluan itu, RPK harus membelinya dari Perum Bulog seharga Rp 2.350/bungkus dan penjualannya kepada konsumen dengan harga Rp 2.500/bungkus. Kendati ada yang berkomentar bahwa itu manajemen anak kos, tapi juga sangat mendukung upaya yang dilakukan Perum Bulog di bawah kepemimpinan Buwas.
Karena itu, satu hal yang patut mendapat dukungan dari semua pihak adalah pembuktian bahwa pemerintah melalui BUMN yang dimiliki seperti Perum Bulog, seharusnya diberikan peran dan tanggung jawab maksimal dalam penyangga stok pangan nasional. Akan tetapi yang sering terjadi, jika keberhasilan sebuah program untuk mengangkat derajat masyarakat kurang mampu pada tengah perjalanannya muncul penjegal-penjegal yang mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Siapa di antara mereka yang sering berkhianat atas amanat penderitaan rakyat ini, hal itu sebenarnya mudah diketahui. Di antaranya, adalah para penentu kebijakan itu sendiri bersama para kroninya, karena masalah ketersediaan pangan merupakan hajat hidup setiap individu, tapi mereka selalu memanfaatkan kesempatan itu untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya.
Padahal, dari upaya kecil seperti yang dilakukan Perum Bulog dengan menyediakan produk Beras Renteng, maka ketika ada warga yang kemampuan daya belinya terbatas saat harus membeli beras kemasan satu bungkus, pasti tidak ada lagi pertanyaan dari pemilik kios maupun warung penjualnya. ”Untuk apa membeli beras hanya 2 ons?”
Dengan terbebasnya pembeli dari pertanyaan tersebut, maka paling tidak lama kelamaan akan menjadi bagian dari pola hidup masyarakat. Hal itulah sebenarnya tujuan esensial tidak tertulis, yaitu mengangkat derajat dan martabat warga kurang mampu, serta untuk selalu melakukan penghematan karena tidak perlu membeli persediaan pangan dalam jumlah yang berlebihan.(Ki Samin)