Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Daya Tarik Periwisata Dinas Periwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pati, Kunardi.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Dalam upaya mengelola dan menciptakan daya tarik pariwisata di Kabupaten Pati, hal itu tidak hanya semata-mata tertumpu pada organisasi perangkat daerah (OPD) yang membidanginya. Lebih dari itu semua OPD terkait juga harus bersama-sama menjadi penopang, termasuk masyarakat yang kreatif pun perannya harus maksimal.
Dengan kondisi masyarakat seperti itu, maka daya daya dukung terhadap upaya menciptakan daya tarik akan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sebab, kelompok-kelompok masyarakat yang kreatif inilah yang akan mampu mencipatakan daya tarik , tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga budaya dan seni yang merupakan pengejawantahan dari kemajuan dan daya tarik pariwsata itu sendiri.
Karena itu, kata Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Daya Tarik Wisata Dinas Periwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pati, Kunardi, pihaknya kini tengah menggandeng kelompok-kelompok masyarakat kreatif untuk segera mempersiapkan diri secara kelembagaan. Sebab, mereka tidak bisa mengelola sesuatu yang menuntut kreatifitas itu secara parsial.
Mengingat hal tersebut, sebuah lembaga Masyarakat Ekonomi Kreatif Pati (Merpati) sudah terbentuk, tinggal memperkuatnya dengan legal formal. ”Dengan demikian, dalam mengalami persiapan mendukung dan mengembangkan potensi tiap daerah tujuan wisata bisa berperan sesuai bagian masing-masing,”ujarnya.
Maksudnya, masih kata dia, dalam mengelola ekonomi kreatif sesuai petunjuk dari Badan Ekonomi Kreatif Nasional sedikitmya ada 16 unsur atau komponen yang harus benar-benar diberdayakan. Selain kelompok-kelompok seperti UMKM, dan kuliner ada bagian lain yang tak bisa diabaikan, yaitu peran seni dan budaya.
Apalagi, banyak seni budaya tradisional di Pati yang bisa menjadi komoditas sektor penunjang pariwisata, yaitu seni pertunjukan. Apalagi yang secara tidak langsung diakui sebagai ikon kesenian Pati, adalah seni pertunjukan ketoprak karena kesenian ini juga bisa dikemas menjadi kesenian yang feminim sepanjang para senimannya benar-benar kreatif.
Dengan kata lain, seni pertunjukan ini sebenarnya bisa dikemas dalam bentuk opera dengan menggunakan iringan gending-gending Jawa (gamelan). Selebihnya juga bisa ditampilkan dalam bentuk frahgmen, tanpa harus meninggalkan bagian dari cerita sehingga hal itu bisa menjadi tampilan yang menarik.
Belum lagi jika gamelan sebagai pengiring juga ditampilkan secara minimalis, sehingga bisa menjadi bagian sajian pendukung untuk tamu-tamu di hotel. ”Hajya karena belum ada pengelola ekonomi kreatif yang berani memolesnya, maka nilai gamelan tak lebih hanya sekadar alat musik tradisional,”kata Kunardi.(sn)