Denah tata letak lokasi Festival Kuliner di Alun-alun Simpanglima Pati, Sabtu (4/1) pekan depan.(Foto:SN/dok)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Pelaksanaan Festival Kuliner dengan makan bersama 3.000 orang, semula dijadwalkan Sabtu (28/7) besok di Plasa Pragola, di jalan raya Pati-Kudus KM. Mengingat persiapannya harus benar-benar maksimal, termasuk penyampaian undangan kepada para peserta makan gratis sebanyak itu, maka waktunya diundur sepekan kemudian.
Tepatnya, Sabtu (4/8) di Alun-alun Simpanglima Pati, sehingga acara yang digelar pihak Kementrian Pariwisata bersama Badan Ekonomi Kreatif (B-Kraf) tersebut merupakan festival kuliner terbesar di Pati kali pertama. Karena itu, alokasi anggaran untuk keperluan tersebut juga cukup besar karena mencapai Rp 300 juta lebih.
Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Daya Tarik Pariwisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pati, Kunardi, festival tersebut diupayakan agar kementrian sama dan pihak B-Kraf menggelarnya secara rutin. Sebab, kuliner tentu tidak bisa dipisahkan dari upaya menciptakan distinasi wisata.
Apalagi, Pati kini tengah mempersiapkan daerah tujuan wisata yang menjadi andalan, yaitu wisata alam di Gua Pancur Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen yang ditargetkan bisa tuntas 2020 mendatang. ”Selebihnya juga penyiapan daerah tujuan wisata di Waduk Gunungrowo, di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Pati,”ujarnya.
Menyangkut kuliner yang akan digelar dalam festival sehari itu, masih kata Kunardi, adalah benar-benar khas Pati yang sudah ada secara turun temurun. Selain nasi gandul yang pada awalnya harus
disajikan dengan cara dipikul penjualnya keliling dari kampung ke kampung, kini bisa dijumpai di banyak tempat. Penyajiannya tidak hanya disajikan menetap di warung-warung tenda, tapi juga sudah menjadi bagian sajian menu rumah makan (RM).
Selain nasi gandul, tentu kurang lengkap jika tanpa tersaji Soto Kemiri. Jika awalnya penjaja nasi gandul itu dari Desa Gajahmati, untuk Soto Kemiri berasal dari Dukuh Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Kota Pati yang menurut cerita babat maupun tutur merupakan cikal bakal pusat pemerintahan di Pati.
Di lokasi tersebut, pada awalnya ketika dibuka oleh Kembangjoyo lahan yang ada banyak ditumbuhi pohon kemiri, sehingga Soto Kimiri salah satu unsur bumbunya tidak menggunakan santan kelapa melainkan buah kemiri. Karena itu, nama kuliner soto khas Pati adalah Soto Kemiri yang dijajakan pula dari kampung kampung dengan cara dipikul.
Untuk mengundang pembeli pada tengah malam, penjualnya pun meneriakkan panggilan dengan lantang ”toooo…..oooo” kepanjangan dari soto. ”Selain nasi gandul dan soto kemiri, dalam festival juga akan disajikan nasi tewel dan kepala manyung seperti yang sudah tersaji di Plasa Pragola, serta pusatnya di Desa Raci, Kecamatan Batangan, Pati,”imbuh Kunardi.(sn)