Pelajaran tentang Pahit di Kampus Kehidupan TPA

Perwakilan ”PKK” Grup WA Nata Praja, mengunjungi Kampus Kehidupan di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  Kampus Kehidupan di kawasan lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati, sore kemarin mendapat kunjungan perwakilan ‘‘PKK” Grup WA Nata Praja. Di antaranya Sri Antini, Mbak Likah, dan Ari D Saraswati.
Dalam kesempatan tersebut tengah berkumpul pula beberapa pengurus Forum Wartawan Pati (FWP) yang tengah mempersiapkan pelatihan lanjutan jurnalistik anggota Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak Forum Wartawan Pati. Tak ketinggalan grup diskusi kampus, Gus Mad pun ada di tengah-tengah mereka.
Bermula dari perbincangan hal ringan, yaitu menggagas rencana membuat makanan olahan yang bahannya ada di lingkungan kampus tersebut. Di antaranya, yaitu makanan olahan dari bahan sayuran jenis pare welut untuk dibuat kripik. Karena belum banyak mengetahui tentang rasa jenis sayuran itu, maka ibu-ibu ” PKK”  yang bersangkutan menganggap bahwa setiap jenis sayuran pare  rasanya pasti pahit.
Padahal pare welut  yang panjangnya bisa mencapai lebih dari satu meter tersebut, ternyata sebaliknya sehingga hal itu menjadi perdebatan kecil. Akan tetapi pelajaran tentang rasa pahit itu akhirnya menjadi sebuah catatan sebuah pesan kepada siapa saja, utamanya bagi mereka yang selama ini sudah terlalu banyak mengenyam rasa pahit-getirnya kehidupan.
Karena itu, jika kondisinya memang demikian dianjurkan agar jangan lagi mengkonsumsi makanan dan minuman yang memberikan rasa pahit tersebut. Sebab, jika rasa pahit itu sesuai proporsinya hal tersebut justru bermanfaat sebagai jamu atau obat yang bisa menyembuhkan.
Akan tetapi jika rasa pahit itu terlalu berlebihan, maka hal tersebut sama saja dengan racun yang mematikan. Sehingga, siapa pun diingatkan agar tidak terjebak dalam menjalani kehidupan ini terlalu berlebihan, karena hal itu juga bisa menjadi racun  tak berpenawar yang sangat mematikan.
Apalagi, pesan dari kaum bijak dan agama apa pun melarang dan mengharamkan hal-hal yang serba berlebihan. Lebih-lebih lagi, hal yang bukan menjadi haknya tapi dipaksa-paksakan untuk bisa dikuasai agar bisa menjadi haknya, maka sebenarnya dalam menjalani kehidupan ini mereka itu tidak mendapatkan apa-apa karena semua tak lebih hanya pepesan kosong belaka.
Terlepas dari diskusi kecil tersebut, beberapa pamong Sako Pramuka Penegak FWP mengharap, agar pihak-pihak yang mempunyai keahlian, seperti membuat makanan olahan bisa memberikan sedikit yang dimiliki kepada anggota sako. ‘Tidak hanya masalah makanan olahan semata, tapi kemampuan dalam menciptakan ekonomi kreatif agar ditularkan kepada mereka.(Ki Samin)    
Previous post Suasana Nobar Final Sepakbola Dunia di Klenteng Hok Tik Bio Pati
Next post Pagi Hari Terakhir Pendaftaran Bakal Caleg KPU Masih Lengang

Tinggalkan Balasan

Social profiles