Peralatan Upaya Atasi Polusi Udara Bumi Indo Paling Lengkap

Selain bak instalasi pengolahan air limbah (IPAL) perusahaan pemproduksi tepung ikan, PT Bumi Indo Pati juga mempunyai kelengkapan teknologi tabung penangkap udara berupa uap.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Upaya menuntaskan polusi udara yang berbau menyengat oleh salah satu perushaan pemproduksi tepung ikan, PT Bumi Indo, tidaklah hanya sekadar menggunakan teknologi asal-asalan. Bahkan sampai mendatangkan seorang ahli bergelar doktor dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) pun dilakukan.
Tujuannya tak lain, agar masalah polusi udara yang terjadi sejak perusahaan itu berproduksi Tahun 2012, benar-benar bisa terasi sehingga tidak menimbulkan komplain masyarakat. Apalagi, perusahaan tersebut berlokasi di pinggir jalan raya Pati-Juwana, tepatnya di Desa Purworejo, Kecamatan Kota Pati.
Karena upaya itu sampai sekarang belum tuntas, kata manajer perusahaan yang bersangkutan, Joni, dalam kesempatan berbincang dengan Samin News (SN), tapi hal tersebut bukan  berarti pihaknya abai terhadap permasalahan tersebut. Sehingga masukan dari masyarakat pihaknya pun terbuka, dan koordinasi dengan pihak berkompeten di bidang itu juga terus dilakukan.
Sebab, proses produksi tepung ikan itu mekanisme kerjanya tak beda jauh dengan orang menanak nasi menggunakan penutup, sehingga pasti ada uap yang menggantung pada penutup tersebut. ”Agar uap itu jangan jatuh menebar dan menimbulkan bau berasal dari bahan baku, maka uap itu ditangkap masuk pada sebuah tabung besar,”ujarnya.
Tidak cukup hanya itu, masih kata dia, tabung udara tersebut juga dinetralisir dengan cara dibasahi air kemudian masuk ke bak penampung khusus bersuhu lembab, dan masih disaring dengan lapisan sabut kelapa. Sehingga udara tersebut bukan dikeluarkan lewat cerobong, karena cerobong itu berfungsi untuk membuang asap pembakaran dari bahan bakar batubara.
Jika yang disampaikan itu merupakan proses akhir dalam mengatasi masalah bau, sebenarnya untuk menghindari agar bahan baku tidak menimbulkan hal itu, pihaknya juga sudah memasang pengumuman kepada para Pengirim bahan baku, baik dari Pati, Rembang, Demak, dan Jepara, agar tidak membawa ikan dalam blung yang sudah rusak maupun membusuk, serta tidak mengirim ikan yang berlemak.
Karena itu, ikan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku adalah jenis pethek yang saat masuk ke pusat penimbangan harus dalam kondisi dingin, sehingga selama perjalanan dari tempat asal harus diberi es. Sedangkan untuk mengecek ikan itu dalam kondisi rusak atau sudah busuk, selesai ditimbang dan harus dipindahkan ke keranjang-keranjang besar juga menggunakan alat khusus yang bisa menahan ikan dalam konsisi itu masuk ke dalam keranjang.
Dari proses itu, ikan baru dimasukkan ke dalam mesin penggilingan yang dilenhkapi pula dengan alat pengering, sebelum keluar dalam bentuk tepung untuk dikemas. ”Bahkan sampai kendaraan  pengangkut ikan juga kami larang melakukan pencucian dalam tempat penimbangan, karena dikhawatirkan sisa-sisa air yang terbawa jatuh di sepanjang perjalanan,”tandas Joni.
Ditambahkan, teknologi lain sesuai petunjuk ahli dari ITS yang digunakan adalah penambahan biofilter dengan bahan kimia yang terukur, tapi hal itu tidak bisa secara terus menerus melainkan harus bertahap. ”Untuk kapasitas produksi sebanyak 160 ton/24 jam sampai saat ini belum pernah bisa tercapai, karena dalam kondisi seperti sekarang hanya bisa terpenuhi antara 30 s/d 40 ton, katanya.(sn)
Previous post Proses Pembuatan Arang Tempurung Kelapa Berlangsung di Tempat Terbuka
Next post Hari Terakhir Perbaikan Daftar dan Syarat Calon, Baru Lima Partai Kembalikan ke KPU

Tinggalkan Balasan

Social profiles