Tahukah Anda tentang Kartu Domino

Ini kartu domino yang sebenarnya tidak sebagai alat untuk bermain judi, dan dampak dari penyalahgunaan kartu ini sudah berapa orang harus masuk bui.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM  JIKA kalian melihat yang satu ini maka dalam pemikiran siapa pun akan langsung mencuat dan melintas bahwa itu adalah salah satu alat untuk bermain judi, karena namanya saja kartu domino. Tidak hanya itu, istilah dalam perpolitikan nama ini juga bukan lagi hal asing tentang adanya permainan politik domino.
Khusus yang disebut terakhir kendati ini tahun politik, baiknya kita kesampingkan karena selamanya politik itu sebuah alat untuk mencapai kekuasaan melalui cara, model dan gaya apa saja. Kembali ke bentuk kartu domino, siapa pun yang awal mula membuat dan menciptakan sebenarnya bermaksud memberikan pengetahuan tentang alam semesta.
Hanya karena kita ini tidak pernah mau belajar dari apa yang dikandung maksud dibuatnya kartu ini, maka yang muncul dan mendominasi pemikiran mereka selalu cenderung ke hal-hal negatif. Yakni, kartu ini sebagai alat untuk bermain judi sehingga diciptakan pula sistem permainan domino yang antara kartu satu dan lainnya dengan jumlah 28 keping tersebut saling menyerang, mempertahankan diri untuk mencapai kemenangan.
Dengan demikian, untuk bisa merebut kemenangan dalam permainan ini siapa pun harus benar-benar mempunyai strategi mengalahkan lawan. Dari sisi filosofinya, hal itu sama saja bahwa sejak awal alam semesta ini digelar maka semua makhluk kehidupan yang diciptakan sebagai penghuninya diwajibkan untuk saling berpasang-pasangan, dan berkompetisi melaksanakan tugas kehidupan masing-masing.
Akan tetapi, ketika manusia melihat  kartu ini maka yang dikembangkan justru sisi negatifnya, yaitu untuk melakukan persaingan dengan cara mempertaruhkan apa yang dimiliki. Karena itu negara ketika melihat masyararakatnya cenderung berkompetisi dengan model gambling seperti itu harus dilarang.
Karena itu, Pasal 303 KUHP sebagai gawang terakhir bagi mereka yang harus melakukan persaingan tapi untuk memenangkan taruhan. Padahal, agama apa pun pasti melarang dan mengharamkannya karena alat atau kartu tersebut sebenarnya bukan untuk bermain untung-untungan dengan cara harus ada yang dikalahkan menggunakan taruhan.
Padahal, domino itu sebenarnya sebuah alat peraga untuk memberikan gambaran tentang alam semesta agar mudah dipahami tentang maknanya. Kita mulai memaknai kartu pertama, yaitu bagian permukaannya hanya kosong dan terdapat garis pemisah di tengahnya, atau lazim disebut upeh itu maknanya, bahwa ketika alam ini kali pertama diciptakan oleh sang Maha Pencipta tentu sama sekali belum ada makhluk yang bernama manusia sebagai penghuninya.
Akhirnya yang harus diturunkan ke bumi tak lain adalah Adam penghuni surga, karena tak mampu menahan godaan setan sehingga memakan buah terlarang. Hal itu dalam filosofi kartu domino yang digambarkan bahwa alam semesta yang semula masih belum berpenghuni atau masih gungliwang-liwung, sudah ada satu makhluk manusia, sehingga kartu domino tersebut ada satu titik bulat yang disebut bendhil atau bendhol satu, tapi tetap dengan batas garis di tengahnya.
 Atas kuasa-Nya, ketika Adam sudah diturunkan ke bumi, tapi hanya seorang diri diturunkan pula Hawa, dan pada kartu domino digambarkan alam semesta pun bertambah satu menjadi dua Adam dan Hawa. Sejak itulah makhluk manusia penghuni alam semesta mulai bertambah yang digambarkan dalam domino dua,  tiga, empat, lima dan enam titik kecil tapi masih tetap dengan batas garis di tengahnya.
Hal itu menggambarkan bahwa turun Adam dan Hawa pun akhirnya harus berpasang-pasangan di antara mereka, yaitu satu laki-laki dengan dua, tiga, empat, lima dan enam perempuan. Dari gambaran filosofi kartu domino itulah, akhirnya di dalam alam semesta ini tumbuh dan beranak-pinak yang digambarkan dalam kartu tersebut sampai mencapai titik 12.
Sedangkan komposisinya, masing-masing belahan alam ini digambarkan dalam beranak-pinak ini sampai ada yang sebanyak satu lusin. Di antara mereka pun saling berpasang-pasangan, bekerja sama, bersaing dalam percaturan kehidupan yang pemaknaannya sebagai hal wajar medskipun pada akhirnya perkembangan tersebut menjadi ribuan dan bahkan jutaan ras mengisi dunia.
Dengan demikian, seharusnya filosofi itu memberikan titik kesadaran bahwa siapa pun manusia ini seharusnya bisa bekerja sama dan bersaing dengan yang lainnya. Dalam lingkup, kecil, yaitu keluarga seharusnya dinamika untuk saling menghormati dan menghargai itu sudah semestinya, bukan justru menunjukkan sikap bersaing untuk memenangkan seakan-akan kehidupan di alam semesta ini tak beda jauh dengan ‘gambling  untuk memenangkan taruhan.
Akibatnya, saling sikut, saling sodok, dan bila perlu antara satu dan lainnya saling memangsa hal itu karena salah dalam memahami bahwa kehidupan manusia di alam semesta ini seakan-akan bisa hidup selamanya. Padahal atas, kuasa-Nya manusia ini sengaja diciptakan berbeda dengan makhluk lain, dan makhluk yang paling tinggi derajatnya karena dilengkapi dengan rasa dan pemikiran.(Ki Samin)
Previous post Ambrolnya Talut di Lingkungan TPA Mulai Diperbaiki
Next post Rasa digunakan biar kewenangan Punya Manfaat.

Tinggalkan Balasan

Social profiles