Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Purwadi.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Belum tuntasnya penanganan pencemaran udara berbau busuk menyengat dari sebuah pabrik pengolahan tepung ikan, di pinggir jalan raya Pati-Juwana, belakangan berdampak pada minat investor membuka usaha di pinggir ruas jalan tersebut. Hal itu dirasakan warga yang berminat menjual lahan miliknya yang diindikasikan harga penawaran saat ini merosot tajam.
Akan tetapi ketika hal tersebut ditanyakan kepada sejumlah warga desa sekitar, kebanyakan tidak bersedia menyebutkan. Alasannya, jika harga itu diketahui umum risikonya penawaran harga oleh yang berminat membeli pasti tidak bisa beranjak naik, karena yang dipatok pasti harga terendah dengan alasan udara di lingkungan kawasan tersebut sudah tercemar.
Khusus berkait hal itu, ketika ditanyakan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pati, Purwadi pun tidak mengelak. Bahkan pimpinan OPD yang berkompeten di bidang lingkungan itu meminta stafnya untuk mencatat setiap masukan atau informasi yang disampaikan ke pihaknya yang harus cepat direspons dan pengecekan ke lapangan.
Sebab, katanya lebih lanjut, pihaknya selama ini terus menerus melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang memproduksi tepung ikan itu. ”Utamanya yang menyangkut pencemaran udara berupa bau tidak sedap yang dikeluhkan, baik para pengguna jalan maupun warga di lingkungan sekitar pabrik tersebut,”ujarnya.
Mengingat hal itu, pihaknya selain melakukan pemantauan dan membantu mencarikan jalan pemecahan juga mendesak agar perusahaan benar-benar serius menuntaskan permasalahan tersebut. Upaya itu sampai sekarang masih terus dilakukan, meskipun hasilnya belum maksimal. Sehingga pemilik usaha tersebut juga terus berupaya memenuhinya.
Hanya yang menjadi permasalahan mendasar, karena bahan baku untuk menopang kegiatan produksi selama ini, adalah ikan yang sudah dalam kondisi rusak. Lain halnya jika bahan baku itu menggunakan ikan yang madih segar, sehingga dari sisi bau tentu bisa diminimalisir untuk menghindarkan agar tidak menimbulkan pencemaran udara.
Jika bahan baku pembuatan tepung ikan itu menggunakan ikan segar, tentu dari sisi penyediaannya harus berbiaya tinggi. Dengan demikian, perusahaan pasti menghindari hal itu karena berisiko tidak tertutupnya biaya produksi yang sudah barang tentu tidak ditunjang dengan harga penjualan produksi.
Terlepas dari hal tersebut, maka upaya untuk mengatasi masalah udara yang berbahu ini oleh perusahaan terus menerus dilakukan. ”Harapannya, tentu bisa segera ditemukan teknologi yang benar-benar tepat sasaran.”(sn)