Bupati Haryanto bersama jajaran Forkopimda siap memberangkatan peserta gerak jalan memperingati HUT Ke-73 Kemerdekaan RI dan Peringatan Ke-695 Hari Jadi Pati, di halaman pendapa kabupaten setempat kemarin. Salah satu regu peserta gerak jalan Forum Wartawan Pati (FWP) yang tampil beda dibanding ratusan regu lainnya.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Bertahun-tahun yang namanya gerak jalan maupun jalan santai dari satu sisi utamanya pakaian seragam olahraga para peserta pasti hanya itu ke itu, tanpa dinamika dan kreatifitas karena tujuan utama pesertanya, adalah bisa meraih juara. Padahal, dari sisi lain ada hal yang seharusnya bisa mendukung tampilan peserta dengan memasukkan unsur budaya daerah/lokal.
Karena itu di antara ratusan regu peserta gerak jalan memperingati HUT Ke-73 Kemerdekaan RI dan peringatan Ke-695 Hari Jadi Pati kemarin, keberanian mengubah tampilan yang selama ini monoton itu dilakukan regu dari Forum Wartawan Pati (FWP). Selain tetap tidak menanggalkan seragam olahraga, tapi hal itu dipadukan dengan unsur budaya.
Khusus yang disebut terakhir, kata Ketua Regu Gerak Jalan FWP, Agung Widodo, tentu seumur-umur di Pati ini baru kali pertama. Yakni memadukan unsur olahraga dengan tampilan seni budaya, seperti kelengkapan seragam yang dipakai anggota regunya dengan berikat kepala berlipat menonjolkan unsur art sehingga bukan dalam bentuk topi.
Demikian pula, selain seragam celana olahraga regunya juga masih memakai kain jarit/nyamping dipadu dengan penguatan lilitan stagen yang sekarang lambat namun pasti mulai ditinggalkan khususnya kalangan muda. Sebab, dandanan model sederhana dan justru lebih praktis, serta bisa untuk tampil di mana saja, malah dikatakan terlalu ribet,”ujarnya.
Hal itu adalah dampak modernitas yang konon sudah menjadi bagian dinamika kemajuan, sehingga yang lama-lama dan sudah usang itu harus ditinggalkan. Berdasarkan pertimbangan dan pemikiran tersebut, regu FWP mengangkatnya kembali sebagai rujukan tampilannya yang cenderung mengambil bagian unsur seni-budaya ketimbang urusan tujuan mendapat juara.
Apalagi, satu hal yang juga menjadi pilihan dalam tampilan gerak jalan tersebut anggota regunya justru memilih untuk merias wajah untuk penggambaran dalam seni pertunjukan ketoprak maupun wayang orang. Yakni, tata wajah dengan unsur karakter para durjana yang sifatnya lebih menonjolkan keangkaramurkaan, buto/raseksa.
Unsur sifat itulah yang sebenarnya masih banyak dimiliki dan melekat pada diri siapa saja, karena jiwanya kering tanpa pernah tersentuh apa itu seni-budaya. Terbukti, tampilan gerak jalan model FWP ini justru mendapat banyak respons dari masyarakat yang menyaksikan di sepanjang pinggir jalan rute gerak jalan itu.
Ketertarikan masyarakat atas tampilan regu gerak jalan FWP juga ditunjukan minat warga untuk mengajak berfoto bersama secara swadiri. ”Dengan demikian, gerak jalan budaya pun bisa menjadi agenda di luar bentuk seni pertunjukan maupun tampilan dalam acara karnaval dan yang lainnya,”imbuh Agung Widodo.(sn)