Makan bersama termasuk dengan para Pramuka Penggalang dan Penegak anggota Satuan Komunitas (Sako) Forum Wartawan Pati (FWP), menjadi sebuah bentuk keakraban yang terjalin di lingkungan Kampus Kehidupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Makanlah saat kalian lapar, itulah pilihan yang menjadi kesepakatan bersama dalam Kampus Kehidupan di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati. Sebab, orang lapar itu sakit sehingga siapa pun dilarang membiarkan orang lain lapar.
Dengan demikian, kendati di kampus kehidupan ini harus memberi makan orang lapar setiap hari seperti lembaga sosial, tapi bisa dipastikan untuk memasak dan dimakan bersama dedngan siapa saja yang berkunjung selalu dilakukan. Sedangkan sumber pembiayaan untuk pengadaan material berupa barang-barang belanjaan juga disediakan bersama-sama.
Menurut koordinator penyediaan makan dengan memasak sendiri, Sigit Pamungkas, jika hal bisa terus berlangsung harapannya tentu memberikan daya tarik kepada para pengunjung yang menginginkan makan bersama dengan keluarga maupun koleganya. Untuk keperluan itu pihaknya bisa melayani, karena tugas untuk menangani hal itu sudah ditetapkan siapa juru masaknya.
Satu hal menarik biaya untuk keperluan tersebut tentu jauh di bawah tarif makan direstoran karena lauk-pauknya paling hanya tempe goreng, ikan asin dan sambal. ”Karena hal itu berlangsung di alam terbuka, maka hasil masakan dengan bahan tidak mahal ternyata cukup membuat bergoyang lidah penikmatnya,”, ujarnya.
Apalagi, masih kata dia, jika menu yang tersedia juga ditambah dengan oseng pare belut, sawi, dan kangkung, pucuk daun pepaya maupun bunganya semua tersedia di tempat ini. Lagi pula, semua jenis sayur yang dimasak untuk penanamannya sama sekali tidak menggunakan pupuk nonorganik maupun obat-obatan (pestisida) sehingga serba alami.
Karena itu, bagi siapa saja yang ingin mengurangi lemak maupun kadar kolestrol hal itu bisa diantisipasi pepes pare. Yakni, baik ikan jenis daging maupun ikan laut jenis udang karena ikan maupun daging yang dipepes lengkap dengan bumbunya dikemas dalam gulungan pare, sehingga selain ikan dan bumbunya, maka pare pembungkus pepes pun bisa menjadi lauk tersendiri.
Upaya memakan makanan yang diproduksi tidak menggunakan pestisida inilah yang dimasak di Kampus Kehidupan, sehingga makanan tersebut sama sekali bebas dari kandungan racun kimia. Bentuk sajian makanan model inilah yang disiapkan bila berlangsung acara makan bersama, dan sampai untuk menanak dan memasaknya pun menggunakan kayu bakar.
Dengan memulai memakan makanan yang bersih dari kandungan racun kimia, tentu cocok bagi siapa saja. ”Karena itu, tempat ini cocok jika diupayakan untuk bisa menjadi semacam tempat wisata edukasi, maka warga Kampus Kehidupan mulai melakukan rintisan kegiatan, salah satu di antaranya adalah mengajak warga untuk menjadi bapak asuh pohon,”imbuh Sigit.(sn)