Ritual Tradisi Sembayang Arwah di Kelenteng Hok Tik Bio Pati

Replika rumah susun dan lima gunungan dipersiapkan Kelenteng Hok Tik Bio di Kompleks Pecinan Pati dalam acara tradisi ritual Sembayang Arwah Umum (Khinghooping) yang dijadwalkan, Rabu (29/8) pekan depan.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Arwah siapa pun dan sudah meninggal kapan pun, terutama arwah para pahlawan yang gugur sebagai kusuma bangsa, Rabu (29/8) pekan depan akan didoakan dalam ritual tradisi Sembayang Arwah umum (Khinghooping), di Kelenteng Hok Tik Bio, di Kompleks Pecinan Pati. Tradisi ritual yang juga dikenal dengan sebutan Ulambana peninggalan leluhur etnis Tionghoa tersebut akan berlangsung mulai pukul 11.00.
Ritus yang kini menjadi bagian budaya masyarakat etnis tersebut, sudah menjadi agenda rutin tiap tahun di kelenteng itu, sehingga pelaksanaannya ditunggu-tunggu masyarakat. Karena dalam ritual sembayang arwah mempunyai rangkaian rebutan baik sandang maupun pangan yang dihasilkan dari bumi di mana manusia mempunyai tempat hidup keseharian.
Karena itu, kata Ketua Umum Kelenteng se-Kabupaten Pati, Eddy Siswanto Sembayang Arwah umum ini juga dikenal dengan Sembayang Rebutan. Sehingga pihaknya pun menyiapkan sedikitnya lima gunungan yang terbuat dari rangkaian hasil bumi seperti sayur-mayur, serta makanan dan sandang yang memang harus diperebutkan oleh pengunjung.
Mengapa harus dengan lima gunungan, hal itu merupakan perpaduan antara falsafah hidup etnis Jawa yang juga dimiliki etnis Tionghoa, yaitu berkait dengan empat saudara dan lima dulur pancer. ”Falsafah kehidupan tersebut sebenarnya tak bisa dihindari oleh etnis apa pun, karena hal itu mengharuskan bahwa setiap etnis memang selalu hidup berdampingan yang menjadi ajaran para leluhur,”ujarnya.
Sedangkan esensi dari tujuan ritual Sembayang Arwah dengan disertai pemanjatan doa, masih kata Eddy Siswanto, adalah mengajarkan siapa pun arwah itu berhak untuk didoakan oleh kita yang masih hidup. Apalagi, jika itu untuk arwah para pahlawan yang telah banyak jasanya untuk bangsa dan negara.
Untuk pemanjatan doa tersebut yang memimpin tentu seorang modin atau kalau di etnis Tionghoa disebut Thangkie. Sehingga suatu tradisi ritual atau ritus yang sudah menjadi bagian dari masyarakat, maka penyebutannya adalah budaya, maka acara ritual di kelenteng bukanlah ritual keagamaan melainkan ritual budaya leluhur yang tak bisa dipisahkan oleh etnis Tionghoa.
Kendati dari sisi garis keturanan dia sendiri adalah Tionghoa Babah karena lahir dari generasi lebih mudah dan berasimilasi dengan etnis lain di lingkungannya, tapi ritual tradisi tersebut tidak bisa ditinggalkan. Itulah yang disebut menguri-uri budaya luhur, karena mengandung ajaran kehidupan yang bertujuan untuk kebaikan bersama.
Salah satu contoh, ritual Ulambana ini adalah mendoakan seluruh arwah yang setelah meninggal tersebar di mana-mana, dan bahkan ada yang tidak mendapat tempat bernaung maka dalam ritual pun ada kelengkapan yang harus dipenuhi. ”Yakni, replika sebuah rumah tinggal dan bahkan saat ini dibikin dalam bentuk susun karena menyesuikan kondisi perkembangan zamannya, yaitu semasa hidupnya ada yang harus bertempat tinggal di rumah susun,”imbuh Eddy Siswanto.(sn)
Previous post Bidang Jasa Konstruksi dI Pati Terjadi Pemanjaan Terhadap Rekanan Milyader Muda
Next post Pembatasan Pembelian Solar Subsidi Resahkan Warga

Tinggalkan Balasan

Social profiles