Supriyanto Japrex, Caleg No 1 DPRD Jawa Tengah dari Partai Golkar.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Sadar mesin Partai Golkar memposisikannya sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Jawa Tengah nomor 1, Supriyanto Japrex tentu harus bergerak cepat dan tepat karena arena politik untuk mencapai hasil maksimal sudah dibuka lebar. Apalagi, jika tidak dalam kapasitas persaingan untuk satu kata, yaitu kemenangan.
Hal itu harus dilakukan dengan kesadaran yang mendasar, bahwa caleg lain terutama dari daerah pemilihan (Dapi) IV Jawa Tengah meliputi Kabupaten Pati dan Rembang, bukanlah tidak melakukan hal sama. Dengan demikian, persaingan dalam mengatur strategi dan konsep awal tentu merupakan kunci yang sudah pasti tak bisa diabaikan.
Karena itu, katanya, selain didukung bergeraknya mesin partai (internal) dia merasa harus memenuhi tuntutan untuk meraup dukungan dari kalangan eksternal. Inilah yang tengah dipersiapakan, termasuk jargon yang dipilih dan tidak hanya sekadar pepesan kosong belaka, yaitu Kerjaku Kanggo Rakyatku, maka untuk mewujudkannya tentu harus bisa melewati tantangan berat, yaitu pencapaian kemenangan.
Apalagi, upaya merapat dengan kalangan hukum agar dalam upaya mencapai tujuan itu tidak melenceng dari ketentuan dan aturan yang berlaku, dia juga sudah siap melakukan kontrak kejujuran. ”Bahkan sejak awal kami sudah menyiapkan sebuah komitmen, siap membawa aspirasi masyarakat Pati ke pemerintah provinsi, dan membawanya kembali tiap satu bulan sekali apa yang sudah kami lakukan serta bagaiman capaian hasilnya,”ujarnya.
Menjawab pertanyaan, Supriyanto Japrek belum bersedia menjelaskan strategi apa yang akan dibawa dalam merekrut pendukung kalangan eksternal. Akan tetapi yang jelas, hal itu akan kami kukuhkan dalam momentum saat kalangan seniman kesenian tradisional ketoprak melakukan pergelaran pada malam 10 Sura mendatang.
Sebab, dia sangat respek terhadap kalangan seniman dan budayawan karena tanpa berbudaya, maka kita tidak akan bisa menerapkan dinamika dalam kehidupan. Lebih-lebih kehidupan dalam berpartai politik yang penuh dengan intrik untuk mencapai tujuan yang sudah menjadi tuntutan, dan hal itu ada pada para pelakunya.
Selain seniman dan budayawan, kekuatan lain yang justru lebih dominan adalah kalangan bawah, yaitu para petani, nelayan, pedagang, dan juga para pekerja sektor lain. Apalagi, dalam kondisi seperti sekarang nasib para petani dalam banyak hal masih harus didukung eksistensinya agar bisa mengekplor tapi kemampuannya, baik secara perorangan maupun kelompok.
Hanya masalahnya, mereka belum mempunyai posisi tawar maksimal dan menjadi objek banyak kepentingan, tapi ketika harus berproduksi justru menghadapi kendala. ”Salah satu contoh di antaranya, ketika mereka tidak bisa bebas membeli bahan bakar solar bersubsidi untuk menggerakkan mesin pompa penyedot air di musim kemarau seperti sekarang,”tandas dia.(sn)