Kelompok pemain kesenian panggung sandiwara Ketoprak Laras Budaya Pati yang akan menggelar pertunjukan Bakti Sosial Seniman, di Dukuh Ngipik, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kota Pati, besok malam mulai pukul 20.00 WIB sampai selesai.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Bakti sosial seniman/seniwati kesenian panggung Ketoprak Laras Budaya Pati, menjadi bagian dari dinamika grup ketoprak ini. Setiap bulan Muharram, mengisi waktu luangnya dengan menggelar pertunjukan untuk menghibur masyarakat sekaligus memperingati HUT-nya yang tahun ini sudah ke-11.
Hal tersebut juga sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur, karena dalam satu tahun beraktivitas di atas panggung dalam melayani order tanggapan dari masyarakat berjalan ancar, dan tidak ada aral. Dengan demikian, ungkapan syukur tersebut sudah semestinya jika diwujudkan dalam kepedulian, yaitu menggelar pementasan untuk menghibur masyarakat.
Semula, kata pengurus grup ketoprak yang bersangkutan, Wawan, berencana akan menggelar bakti sosial tersebut di Dukuh Kemiri, Desa Sarirejo, Kecamatan Kota Pati, tepat pada malam 10 Muharram (10 Sura). Hal tersebut berkait erat dengan bedah cerita baru tentang Ki Ageng Kemiri, untuk serial Rara Suli Cidra Janji.
Akan tetapi dalam waktu bersamaan, di desa tersebut jauh sebelumnya ternyata sudah memberikan order pertunjukan gru ketoprak lain. ”Dengan demikian, p[iihan pun jatuh di Dukuh Ngipik yang asih bersebelahan, sehingga bagi warga Kemiri yang tertarik dan hendak mengetahui cerita tersebut, untuk menontonnya pun cukup dekat,”ujarnya.
Tentang tata gelar cerita Ki Ageng Kemiri, kata sutradara grup Ketoprak Laras Budaya, Yoyok memang belum pernah atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh grup ketoprak lain. Sebab, tokoh yang dijuluki Ki Ageng itu selama ini justru tenggelam dan tertutup cerita sejarah Pati atau babad lainnya.
Padahal tokoh tersebut yang hidup pada masa abad ke-XV tersebut memang ada meskipun makamnya di Kemiri setelah meninggal ratusan tahun lalu tak pernah terawat. Nama tokoh dimaksud, adalah Ki Josari yang akhirnya menjadikan Kemiri punya nama lain sebagai nama Desa Sarirejo, adalah hidup pada masa berakhirnya Kerajaan Majapahit dan kekuasaan di Jawa berubah di bawah Kerajaan Islam Demak Bintoro.
Pada masa itu, Ki Ageng Djosari menetap dan tinggal di Kemiri, di mana pada masa itu pula telah tinggal di tempat tersebut, Rara Jenar yang tak lain adalah adik dari Ki Ageng Penjawi. Keduanya pun menikah, karena Ki Ageng Penjawi dan Rara Jenar sebenarnya adalah putra Ki Ageng Ngerang III yang mempersunting putri Kanjeng Sunan Kalijaga, Rara Panengah.
Ki Ageng Kemiri dengan Nyi Ageng Kemiri (Rara Jenar) berputra dua orang, masing-masing yang laki-laki adalah Mashadi dan yang perempuan adalah Rara Suli., dan Ki Ageng Penjawi pun berputra dua dua, yaitu Waskito Jawi dan Wasis. ”Kisah cerita ini dimulai dari terjainya perkawinan sedarah antara Wasis dan Rara Suli yang sebenarnya adalah masih bersepupu, sehingga kisah selanjutnya akan lebih jelas jika kita tonton bersama-sama,”kata Yoyok.(sn)