Kepala Buog Divre Jawa Tengah, Mentoba Sukit Tedjo Moeljono (tengah) menyampaikan ucapan selamat kepada Kepala Bulog Sub-Divre Pati Muhammad Taufik bersama Waka Sub-Divre Yanto Nurdianto atas dibukanya Toko Pangan Pati Ayu, di Jl Kolonel Sunandar (utara) Pasar Puri Pati, Kamis petang (12/9) kemarin.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Untuk menyikapi kondisi yang sudah berubah karena Perum Bulog yang nantinya tidak lagi menjadi penyedia kebutuhan pangan untuk bantuan sosial (Bansos) Beras Sejahtera (Rastera) bagi kelompok penerima manfaat (KPM), maka satu demi satu terobosan pun dilakukan. Sebagaimana dilakukan Bulog Sub-Divre Pati, upaya dan terobosan tersebut salah satu di antaranya adalah membuka Toko Pangan Pati Ayu, di Jl Kolonel Sunandar (utara) Pasar Puri.
Dengan dibukanya toko yang khusus menyediakan kebutuhan barang pangan tersebut, konsekuensinya harus siap bersaing dengan usaha yang sama di pasar-pasar. Hanya melalui berbagai terobosan maka Bulog sebagai perusahaan umum (Perum) milik negara bisa menunjukan kepada masyarakat bahwa Bulog itu tetap ada.
Terobosan lain yang kini juga sudah disiapkan oleh Sub-Divre setempat, kata Kepala Bulog Divre Jawa Tengah, Mentoba Sukit Tedjo Moeljono, menjawab pertanyaan Samin News (SN) selesai meresmikan Toko Pangan Pati Ayu di Jl Kolonel Sunandar (utara) Pasar Puri, Kamis (12/9) sore kemarin, adalah mejalin kerja sama dengan ratusan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di seluruh Kabupaten Blora. Munculnya gagasan tersebut juga datang dari Kepala Bulog Sub-Divre.
Mengingat tawaran kerja sama sudah dilakukan, maka tindak lanjut pelaksanaannya bahan pangan, yang akan diatur secepatnya, karena bentuk kerja sama tersebut tentu harus sesuai tugas dan fungsi Perum Bulog sebagai penyangga ketahanan pangan, penjaga ketersediaan, dan pengendali keterjangkauan harga. ”Terobosan Pak Kasub Divre Pati ini benar-benar luar biasa,”ujarnya.
Sebab, katanya lagi, terobosan itu menyangkut kesiapan penyediaan pangan langsung menyentuh di tingkat produsen, yaitu para petani yang sudah berkelompok dan membentuk pula gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jumlahnya untuk se-Kabupaten Blora ada ratusan, dan menyatakan siap menanam padi yang hasilnya akan diatur bersama pihaknya.
Bahkan rencana luas areal tanam yang disiapkan pada musim tanam (MT) pertama nanti juga tidak tanggung-tanggung, karena mencapai 5.000 hektare mencakup seluruh wilayah kecamatan se-Kabupaten Blora. Akan tetapi, dalam kerja sama ini sudah mengkerucut dengan sistem bagi hasil, baik itu dalam pelaksanaan tanam sampai panen maupun memproses dari hasil panenan berupa gabah menjadi beras.
Sedangkan yang disyaratkan oleh para pengurus Gapoktan, adalah saat musim panen pihaknya harus bisa mencarikan pembeli hasil panenan padi baik dalam bentuk gabah maupun beras. Karena itu tawaran kerja sama ini masih harus dikaji lebih seksama lagi, karena yang namanya kerja sama itu antara satu dan satunya tidak tidak boleh saling merugikan.
Artinya tujuan dilaksanakan kerja sama tersebut harus saling menguntungkan dari apa yang dikerjasamakan. ”Dengan proyeksi areal tanaman padi seluas 5.000 hektare tersebut, maka Bulog tetap akan bisa eksis sebagai penyangga kebutuhan pangan, minimal di wilayah Sub-Divre Pati,”imbuh Mentoba Suit Tedjo Moeljono.(sn)