Di antara deretan memanjang konstruksi talut di ruas jalan Cengkalsewu, Kecamatan Sukolilo, Pati -Bareng, Kecamatan Jekulo, Kudus, terdapat beberapa titik lokasi yang mengalami retak.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Selaiun pelaksanaan pekerjaan yang terlambat dari hari kalender yang tersedia sesuai kontrak, proyek peningkatan ruas jalan Cengkalsewu, Kecamatan Sukolilo, Pati – Bareng, Kecamatan Jekulo, Kudus sampai sekarang masih menyelesaikan pengurukan dan pemadatan. Diharapkan minimal akhir pekan ini sudah tuntas, sehingga tinggal merapikan meskipun muncul hal lain yang juga butuh penyelesaian secepatnya.
Hal dimaksud, yaitu retaknya konstruksi talut penahan baik di sisi kiri maupun kanan jalan sehingga harus bagian pada titik lokasi itu harus dibongkar. Akan tetapi, dengan mulusnya akses ruas jalan tersebut justru membuat perilaku masyarakat dalam berlalu lintas berubah drastis, apalagi jika tidak melaju dengan kecepatan tinggi.
Khusus yang disebut terakhir, kata Kepala Seksi (Kasi) Jalan Bidang Biunamarga Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati, Hasto Utomo, hanya bisa mengimbau masyarakat untuk berlalulintas dengan wajar. Dengan kata lain, batas kecepatan maksimal jntuk kewajaran tentu tidak memacu laju kendaraannya hingga 100 kilometer per jam.
Apalagi, bila melintas di ruas jalan yang beraspal mulus itu pada malam hari seharusnya tidak memaksakan untuk memaju laju kendaraannya. ”Sebab, akses ruas jalan tersebut sampai saat ini belum dipisahkan oleh marka maupun belum terpasangnya rambu-rambu, sehingga pengguna jalan dituntut tetap harus berhati-hati,”ujarnya.
Khusus penyelesaian konstrukdi talut yang mengalami keretakan, katanya lagi, jika dicermati bukan karena unsur kesengajaan dalam penggunaan meterial. Akan tetapi lebih banyak dipengaruhi karena faktior kondisi struktur tanah yang bertahun-tahun merupakan bekas rawa, sehingga untuk meletakkan talut dengan ketinggian 1,5 meter tetap harus menggunakan teknis perkuatan.
Maksudnya, di bagian dasar talut tersebut untuk struktur tanahnya harus diperkuat dengan pemasangan turap atau penyangga dari material tonggak bambu maupun kayu yang ditanam ke dalam tanah secara maksimal. Hanya masalahnya konstruksi itu tidak masuk dalam perencanaan karena mengingat keytersediaan anggaran.
Untuk memasang perkuatan konstruksi itu juga membutuhkan biaya cukup besar, maka uoaya antisipasi yang dilakukan adalah menempatkan dasar konstruksi talut tidak terlalu masuk ke dalam tanah. Dengan kata lain, dasar konstruksi talut tersebut mwngambil sampai pada kedalaman tanah yang diperkirasan sudah cukup keras.
Ternyata kondisi tingkat kepadatan yang tidak sama tersebut, maka beberapa titik lokasi setelah talut terpasang ada bagian yang reta-retak. ”Kendati itu bukan mutlak kesalahan rekanan, tapi upaya untuk membongkar dan memperbaiki harus dilakukan, dan semua titik yang mengalami keretakan itu sudah kami tandai,”imbuh Hasto Utomo.(sn)