Sebuah poster untuk Gerakan 1.000 Pohon menegaskan ”Lakukan walau hal yang kecil, karena dunia ini sangat luas kau tak mampu bekerja sendiri” mengajak siapa saja yang benar-benar mempunyai komitmen untuk menyelamatkan lingkungan dengan mengambil bagian sebagai Orang Tua Asuh Pohon. Markas Gerakan Orang Tua Asuh Pohon (GOTAP), di Kampus Kehiduoan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Mengapa kerusakan lingkungan ini harus terjadi? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu tidaklah terlalu sulit, yaitu karena kelalaian dan kesalahan kita sendiri yang tak mampu menjaga dan mengamankannya dari jarahan para pelaku illegal loging, serta pembakaran dan penjarahan hutan sejak era reformasi terjadi di mana-mana.
Akan tetapi, jika kita hanya terpaku diam dalam menyikapi kondisi seperti itu maka yang akan kita dapatkan hanyalah penyesalan yang berkepenjangan. Karena itu, mari kita lakukan walau hal yang kecil, karena dunia ini sangatlah luas dan kau pasti tak mampu bekerja sendiri, sehingga tetap membutuhkan teman, patner, dan para partisipan untuk sama-sama menaruh kepedulian terhadap kondisi tersebut.
Itulah ajakan Ketua Gerakan Orang Tua Asuh Pohon (GOTAP) Forum Wartawan Pati (FWP), Wicaksono Adi PY. Untuk apa, katanya lebih lanjut, untuk apa lagi jika tidak mari bersama-sama menyisakan sedikit perhatian untuk menjadi orang tua asuh pohon, meskipun itu hanya satu maupun dua batang, tapi benar-benar dirawat sejak pohon ditanam hingga berumur satu tahun pertama sampai tahun kelima.
Dengan demikian, pohon yang kita asuh ini sudah benar-benar mampu hidup atas kemampuan daya tahannya sendiri. ”Sedangkan peran lebih yang harus kita lakukan, adalah tetap membantu merawat dan menjaganya agar jangan sampai pohon yang sudah susah-susah kita tanam dan kita asuh menjadi sasaran perusakan, atau akibat serangan hama penyakit,”ujarnya.
Konsekuensi atas gerakan itu, katanya lagi, setiap orang tua asuh tentu harus berkontribusi dengan sedikit nominal untuk pemeliharaan mulai sejak tanam sampai tahun pertama. Selanjutnya hal itu ditindaklanjuti hingga tahun kelima, sehingga pola yang selama ini kita berlakukan dalam gerakan tanam maupun penghijauan harus kita tinggalkan.
Sebab, pola tersebut hanyalah membuang-buang biaya dan tenaga, karena setelah pohon ditanam kemudian ditinggalkan tidak ada kelanjutan untuk memelihara dan merawatnya. Berdasarkan fakta dan kondisi seperti itu, maka FWP menggagas serta mengajak semua yang mempunyai kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan melalui pola GOTAP.
Berkait hal itu, pihaknya sudah pasti berkomitmen untuk menyediakan tanaga yang bertugas merawat dan menjaganya. Apalagi, lokasi yang dipilih untuk mengawali gerakan ini adalah di lingkungan TPA sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo dengan target dan sasaran awal sebanyak 1.000 batang pohon, untuk jenis pohon yang dipilih adalah gaharu dan dewandaru.
Jika terapan pola ini bisa mewujudkan tertap terjaga dan terpeliharanya pohon yang diasuh, benar-benar bisa tumbuh dengan baik, maka hal itu akan dikembangkan hingga jauh di luar kawasan TPA. ”Lebih-lebih ada pemilik lahan yang bisa dijadikan lokasi, untuk mengasuh hingga tumbuh kedua jenis pohon itu,”katanya.(sn)