Tim Penelusur Sejarah Desa dari anggpta Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Penegak Forum Wartawan Pati (FWP) harus mendiskusikan hasil penelusurannya di Desa Giling, Kecamatan Gunungwungkal, Pati dengan narasumber Rinda Julia SPd, Tim dari Sako yang tetap semangat, baik saat berangkat dan sekembalinya.(Foto:SN/dok-sako-aed)
SAMIN-NEWS.COM BERBEKAL semangat pantang menyerah, dan tdak putus asa dalam melaksanakan tugas menelusuri Sejarah Desa di Kabupaten Pati dengan kali pertama objek sasaran Desa Giling, Kecamatan Gunungwungkal, tampaknya seperti gayung bersambut. Sebab, sekembalinya dari tugas tewrsebut, seorang guru yang ahli menulis buku di SMK Farming, Rinda Julia SPd, siap membimbing dan memberi arahan metode penulisan hasil penelusuran mereka.
Mengingat tim tersebut masih hijau dalam kemampuan menuliskan sejarah, karena hanya berbekal sedikit pengetahuan tentang jurnalistik yang mereka dapatkan dari FWP, maka guru yang bersangkutan sepakat untuk mengawali menuliskannya. Sedangkan tim hanya bertugas menyajikan catatan-catatan yang diperoleh dari narasumber.
Dengan demikian, kata Pembina Pramuka Penegak anggota Sako FWP, Andik Setiawn, catatan tersebut tidak akan secepatnya terhapus karena segera dituliskan menjadi khasanah pustaka, berbentuk buku dengan ketebalan halaman isi sekitar 100 lembar. Menurut dia, biasanya hambatan utama sesorang yang hendak menuliskan tentang suatu peristiwa, tak lain adalah penyakit malas.
Padahal apa yang digagas dalam pikirannya benar-benar sudah terlalu muleg, tapi karena penyakit malas yang bersangkutan akhirnya memilih untuk menunda sementara, kemudian menunda berlama-lama sampai akhirnya gagasan atau materi yang semula sudah melekat di pikirannya pun buyar beratakan. ”Karena itu yang tesisa hanya tinggal angan-angan yang tidak pernah bisa diwujudkan dalam bentuk sebuah karya,”ujarnya.
Itulah bagi tim dari Sako FWP, masih kata dia, dianggap cukup beruntung karena saat awal mulai melakukan penelusuran terkait Sejarah Desa, langsung menemukan saluran yang akan mengalirkan catatan-catatan yang ditulisnya. Yakni, seorang pengajar yang siap membimbing mereka tentang metode penulisan sejarah.
Jika mereka benar-benar menekuni proses penulisan tersebut, maka pada penelusuran berikutnya pasti ada di antara mereka, atau bahkan semuanya sudah mampu menuliskannya sendiri dalam bentuk buku. Dengan demikian, ke depan sejatah desa-desa di Kabuoaten Pati, termasuk adat yang masih dijunjung tinggi, untuk mempertahankannya bisa dijadikan pula sebuah pustaka.
Karena itu, bekal yang mebjadi pendukung dalam melakukan upaya pencatatan sejarah di setiapo desa, tentu telah melekat dengan apa yang mereka lakukan dalam kegiatan kepramukaan. Yakni, di sana senang, di sini senang, dan di mana-mana hatiku senang, karena berangkat dari kesenangan itulah, setiap tantangan maupun hambatan pasti bisa ditepis secara maksimal.
Ada pun hambatan mendasar jika henfak menuliskan tentang sesuatu gagasan , tak lain adalah munculnya penyaki malas. ”Hal itu biasanya setelah mereka mencoba tapi pada tahao awal sudah menghadapi kesulitan dalam menyusun kalimat demi kalimat, meskipun sebenarnya hal itu bisa ditangkal dengan tetap terus belajar, dan belajar sehingga pada suatu saat pasti bisa menemukan bentuk dan sosok diri sebagai penulis,”kata Andik Aristiawan.(Ki Samin)