Buah tanaman petkebunan yang siap petik dan anggota kelompok tani yang bersama-sama memproses pembuatan pupuk organik cair dari bahan-bahan alami.(Foto:SN/dok-tpid-aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Sadar akan mahalnya harga pupuk buatan pabrik sementara tuntutan pemenuhan akan kebutuhan pupuk, termasuk di antaranya pupuk cair bagi para petani tak bisa dihindari. Padahal upaya untuk meningkat produksi tanaman, hal itu sudah pasti menjadi bagian dari kegiatan usaha bercococok tanam, lebih-lebih untuk tanaman perkebunan.
Dalam kondisi tersebut, kelompok tani Rukun Tani Jiwo Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Pati terus berupaya mencari terobosan melalui diskusi kelompok. Sebab, letak geografis desa yang berada di kawasan lereng Muria itu secara turun temurun warganya mengandalkan sumber penghidupan dari bercocok tanaman perkebunan.
Tidak hanya tanaman cengkeh yang harganya pernah berada pada masa keemasan di era Tahun 1970 hingga oertengahan Tahun 1980-an, tapi juga pernah terpuruk di era ”kekuasaan” BPPC. Selebihnya ada pula tanaman kakao, kopi, durian, dan pertanian palawija lainnya, tapi dari tahun ke tahun produksinya tudak bisa meningkat.
Faktor penyebabnya, kata salah seorang petani dalam kelompok yang bersangkutan, Suparman, adalah serangan hama penyakit sehingga tanaman perkebunan ini tidak bisa berproduksi maksimal. ”Akhirnya ditemukan cara, bahwa hal itu harus diatasi dengan pemberian pupuk cair organik yang langsung bisa disemprotkan ke produk buahnya,”ujarnya.
Untuk pupuk cair organik tersebut, katanya lebih lanjut, ternyata juga sangat ramah lingkungan sehingga berbeda jauh dengan penggunaan pupuk cair organik buatan pabrik yang menggunakan campuran bahan kimia. Sedangkan pupuk cair organik yang diproduksi kelompok tani menggunakan bahan bahan alami yang mudah didapatkan di lingkungan sekitat.
Di antaranya, akar alang-alang, akar rumput gajah, akar bambu, akar putri malu, dan akar daun serai dengan campuran bahan yang terukur. Yakni, bekatul, kapur, gula pasir, dan terasi (belacan) dengan campuran air jika diproduksi dalam sekala kecil, minimal 10 liter kemudian bahan-bahan campuran ini dijerang dalam kuali sampai airnya mendidih.
Proses berikutnya air campuran bahan-bahan organik tersebut dicampur lagi dengan akar-akaran yang sebelumnya sudah dicuci bersih. ”Untuk campuran bahan cair 10 liter kemudian dicampur lagi dengan campuran air dari hasil rendaman akar-akaran sebanyak 0,5 liter, kemudian didinginkan setelah itu siap dikemas dalam botol, dan siap digunakan,”katanya.
Kepala Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Pati, Surani, merespons dan mengapresuasai upaya warganya dalam meningkatkan produksi tanaman perkebunan miliknya dengan menggunakan pupuk organik cair. ”Terbukti, hasil produksinya bisa meningkat, dan pupuk cair buatan kelompok Tani Rukun Jiwo ini juga sangat ramah terhadap lingkungan,”katanya.(sn)