Slang Kraine Pecah Pemasangan Pancang Shite Pile Tersendat

Alat berat jenis ekskavator maupun kraine untuk sementara berhenti  melakukan pemasangan pancang sheet pile penahan ruas jalan menuju lokasi proyek kolam tambat kapal, di sekitar Pulau Seprapat Juwana.(Foto:SN/aed) 


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Pekerjaan pemasangan pancang sheet pile penahan ruas jalan menuju lokasi pembangunan kolam tambat kapal, di sekitar Pulau Seprapat Juwana, tadi pagi terpaksa berhenti. Pasalnya, alat berat  jenis kraine untuk melaksanakan pekerjaan tersebut mengalami pecah slang.
Hal itu terjadi sehari sebelumnya, Jumat (19/10) lalu sekitar pukul 15.00, atau saat alat berat hari itu baru berhasil memasang dua  batang sheet pile, masing-masing panjang 10 meter dan lebar 1 meter. Sebab, pagi sebelumnya dua tronton pengangkut material tersebut dari Solo baru tiba di lokasi, tapi operator kraine yang sudah terlalu menunggu kembali ke desa asalnya, di Jepara.
Akan tetapi, kata pengawas  lapangan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Labupaten Pati, Samijan, setelah dihubungi operato yang bersangkutan tiba di lokasi. Kemudian menurunkan material pancang dari tronton, dan setelah  tuntas karena hanya 16 batang, maka pekerjaan pemancangan pun dilakukan.
Belum lama hal itu berjalan, mendadak slang kraine pecah sehingga pelaksaakan yang hari sebelumnya sudah berhenti, akhirnya terpaksa berhenti lagi. ”Untuk mencari pengganti slang tersebut harus mencari ke Semarang, karena di Pati tidak ada toko yang menyediakan onderdil alat berat,”ujarnya.
Jika komponen alat berat itu didapat, masih kata Samijan, dan malam  ini bisa selesai dipasang maka besok alat berat itu sudah bisa beroperasi lagi. Namun yang menjadi pertimbangan  operator justru ketersediaan material tersebut di lokasi, karena jika hanya dua tronton berarti hanya ada 16 batang meterial tersebut.
Sebab, satu tronton maksimal hanya bisa mengangkut  8 batang pancang sehingga hanya tersedia 16 batang. Itu pun jika dikerjakan secara maksimal, hal itiu paling-paling sudah habis sebelum tengah hari. Selesai itu, pelaksanaan pekerjaan klembali berhenti, sehngga  mandor dari alat berat menyampaikan hal itu kepada pihaknya.
Sedangkan splusi yang ditawarkan, pekerjaan akan kembali dilakukan jika material tersebut sudah terkumpul lebih 16 batang. Dengan demikian, pengiriman material tersebut harus menyesuaikan jumlah maksimalnya dua kali lipat.
Tujuannya, jika kiriman  material  kiriman hari itu  habis paling tidak alat berat masih bisa   tetap bekerja  karena sudah tersedia kiriman berikutnya. ”Kami bisa memahami apa yang disampaikan pihak penanggung jawab alat berat, karena kalau materiak habis tidak diikuti pengiriman berikutnya, tentu tidak ada yang bisa dikwerjakan,”katanya.(sn)
Previous post Bambang Susilo; Antara Reses dan Selesaikan Pembentukan Tatib
Next post Emas Pertama untuk Pati Dipersembahkan Nining Purwaningsih

Tinggalkan Balasan

Social profiles