Bongkahan endapan lumpur tinja yang diangkat dari bak Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), di lingkungan kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI-Pupuk organik berbahan baku kotoran hewan baik sapi/kerbau, kambing hingga ayam sudah banyak dicoba pemanfaatannya. Akan tetapi untuk jenis pupuk yang sama dari endapan lumpur kotoran manusia atau tinja, barang kali baru Wiryo, salah seorang pengelola limbah dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati yang hendak mencoba.
Baru mendengar sebutan pupuk organik berbahan baku tersebut bagaimana proses dan upaya memperoleh bahan bakunya, tapi bagi yang bersangkutan bukan lagi merupakan eksperimen atau coba-coba, melainkan sudah dipersiapkan secara matang. Salah satu di antaranya, adalah penyediaan fasilitas sarana dan prasarananya.
Sedangkan salah satu penyediaan fasilitas tersebut, kata Wiryo, yaitu pembuatan bak penampung limbah tinja yang .representatif, di kawasan lingkungan TPA. Sehingga dari proses akhir pemanfaatan limbah tersebut setelah bak penampung diopersionalkan, hasil endapan lumpur dari kotoran itu benar-benar maksimal.
Untuk bahan buku endapan lumpur tersebut saat ini masih memanfaatkan endapan pembuangan kotoran itu ke bak penampung cukup lama, atau ketika bak IPLT tersebut belum begitu representatif. ”Karena endapan lumpur itu sudah memenuhi syarat dari sisi netralitas sebagai bahan baku, maka kami mulai melakukan pengambilannya,”ujarnya.
Endapan lumpur tersebut, katanya lebih lanjut, sudah benar-benar terbebas dari sisa-sia gas methan karena sudah melalui proses pengendapan cukup lama, dan secara alami sisa-sia gasnya sudah menguap terserap sinar matahari musim kemarau cukup panjang. Karena saat ini mulai turun hujan, maka endapan lumpur itu harus diangkat dari bak penampung.
Dengan demikian, endapan lumpur itu tidak akan kembali basah karena air hujan, dan pihaknya juga akan segera mengoperasionalkan IPLT tersebut. Sehingga endapan lumpur itu siap proses menjadi pupuk organik melalui tahapan, pertama adalah penghancuran bongkah itu sampai benar-benar lembut dan halus.
Selesai proses itu akan dilanjutkan dengan bahan-bahan pencampur, diantaranya kapur, posfat secara terukur kadarnya. Namun sayangnya, untuk peralatan pengolah pihaknya belum mempunyai fasilitas itu sehingga untuk sementara harus menyewa, karena kegiatan proses pembuatan pupuk organik tersebut, agar endapan lumpur tinja yang lama sudah bersih dari bak penampung.
Menyangkut kemasan produk itu hendak dibuat seara curau atau dalam bentuk granole, adalah sesuai kebutuhan ”Prinsipnya untuk saat ini kami adalah mencoba memproduksi, dan uji tingkat kemampuan setelah menjadi pupuk terhadap tanaman, sejauh mana kesuburannya karena yang penting adalah IPLT tudak terlalu lama lagi harus sudah dioperasionalkan,”imbuh Wiryo.(sn)