Jika kejujuran sejarah pada masa abad Ke-15 atau masa setelah runtuhnya Pajang di bawah kekuasaan Hadi Wijoyo, Pati dengan sosok tokoh Ki Ageng Penjawi tentu tak bisa dipisahkan dari sosok tokoh pendiri Kerajaan Mataram. Yakni, Ki Ageng Pemanahan yang juga tak bisa dilepaskan dari satu sosok lainnya, yaitu Ki Juru Mertani.
Karena sejarah selalu berpihak pada penguasa masa itu maka Pati sebagai wilayah pesisir pun akhirnya dipaksa takluk di bawah kekuasaan Mataram. Sehingga peristiwa berdarah-darah antara Pati dan Mataram pun tak bisa dihindari, karena Adipati Wasis tak pernah merasa di bawah kekuasaan Mataram pada masa pemerintahan Panembahan Senopati.
Dalam besutan cerita yang digagas Alman ED berdasarkan hasil penelusuran situs peninggalan sejarah Pati dan diperkuat beberapa petrsonel pemerhati sejarah dari Yayasan Arga Kencana, akhirnya diramu dalam cerita fiksi berlatar belakang sejarah, untuk sebuah seni pertunjukkan. Kendati demikian, selama pertunjukkan berlangsung ternyata mampu menyita operhatian penonton untuk menyimaknya.
Terlepas dari hal tersebut, untuk tampilan perdana ketoprak dengan pemain gabungan diharapkan mampu membdntuk diri sebuah grup seni pertuinjukkan. Dengan demikian, potensi personel yang ada di dalamnya tentu mampu berinteraksi maksimal, karena ditopang personel seniman/seniwati dari grup Ketoprak ”Laras Budaya.”
Dengan demikian, harapannya ke depan seni panggung pertunjukan ketoprak di Pati ini antara grup satu dan lainnya, harus bisa saling bahu membahu untuk menjaga seni pertunjukan yang sebenarnya menjadi ikon seni budaya daerah ini. Apalagi, upaya tak jauh berbeda juga dilakukan oleh kalangan OPD dan Forkopimda di Pati yang juga sudah mempunyai grup Ketoprak ”Praja Budaya.”
Akan tetapi, grup ketoprak yang disebut terakhir memang jauh dari kepentingan komersial seperti grup-grup ketoprak profesional. Paling tidak kehadiran grup ketoprak yang bersangkutan, termasuk ”Pawarta Budaya” minimal bisa menggugah kesadaran grup-grup ketoprak profesional, untuk mewujudkan bahwa seni budaya daerah ini menjadi ikon seni budaya masyarakat Pati.(Ki Samin)