
Kendati hingga sekarang usia Kadipaten/Kabupaten Pati hampir tujuh abad, tapi juga kurang tepat kalau mengklaim bahwa usia Pati, termasuk paling tua. Sebab, dari apa yang disarikan dari beberapa sumber menyebutkan, bahwa nama Pati ternyata terdapat pula di belahan bumi lainnya, sehingga kalau nama tersebut dituturkan bahwa itu berasal dari sari-pati, untuk membuat ”cendhol” minuman dawet pada masa Kembangjoyo babat Alas Kemiri.
Untuk nama Pati dibelahan bumi lainnya, di antaranya adalah Patiala ada di Punjab, India, Patillas Pueblo, ada di Patillas, Puerto Rico, Patino ada di Formosa, Argentina, Patipukur (West Bengali) India. dan Patia (Cauca) Kolombia. Selain itu ada pula Patiki (Smolensk Oblast) Rusia, Patir (Sivas) Turki, Pativilca (Lima Region) Peru, dan Patis (Minas Gerais) Brasilia, serta Patino Cue (Undecimo) Paraguay.
Karena itu, Gunawan berulang kali menegaskan, bahwa Sang Arrya Patipati Pu Kapat bukanlah Adipati Pati yang pernah sowan ke Majapahit dalam prasasti Tuhanaru. Pu Kapat adalah seorang yang mempunyai jasa besar terhadap berdirinya Kerajaan Majapahit yang punya seorang puyra juga menggunakan nama sama, atau boleh dibilang Pu Kapat (senior) dan Pu Kapat (Yunior).
Dalam sejarah (bukan Pati) yang ditulis para ahli, bahwa orang yang berjasa berkait berdirinya Kerajaat Majapahit, sebenarnya bukan hal asing. Yakni, Arrya Wiraraja atau diswebut juga Banyakwide yang tak lain adalah Adipati Sumenep, Madura yang telah menyelamatkan dan melindungi Raden Wijaya dari kejaran pasukan Jawakatwang, Kediri, ketika Singosari runtuh..
Tidal hanya itu, bahkan berkat jaminan Arrya Wiraraja, Raden Wijaya diberi lahan di kawasan Alas Terik. Jika Patipati Pu Kapat adalah sebutan lain dari Arrya Wiraraja, maka jelas bahwa Patipati Pu Kapat buanlah Adipati Pati, Tobronegoro, dan Pu Kapat (yunior) atau putra Pu Kapat (senior) yang juga berjasa besar terhadap Majapahit, adalah Ranggalawe.
Gelarnya adalah Sang Arrya Ardikara, Ronggolawe yang menjadi AdipatinTuban, dan jika itu benar sebagai Pu Kapat (yunior), maka perlu upaya bersama untuk kembali menilisik kesejarahan di Pati. Siapa lagi, jika tidak Adipati Tondonegoro, barang kali itu nama lain dari ‘‘Sang Arrya Jayapati Pu Pamor.”(Ki Samin)