Kebersamaan Selamanya Tetap Indah

Para suster dari Gereja Katholik Santo Yusuf Pati bersama Ketua Umum Kelenteng se-Kabupaten Pati, Eddy Siswanto tengah membersihkan patung-patung dewa-dewi yang menjadi isi Kelenteng Hok Tik Bio Pati Rabu (23/1) hari ini dalam ”Bersih-bersih” menyambut datangnya Tahun Baru Imlek 2570, tanggal 5 Februari 2019 mendatang.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  ADA pemandangan yang tidak sebagaimana biasanya ketika berlangsung ”bersih-bersih” menyambut datangnya Tahun Baru Imlek, di Kelenteng Hok Tik Bio Pati. Sebab, bersih-bersih itu bukan bersih-bersih biasa, melainkan membersihkan patung dewa-dewi yang menjadi isi kelenteng tersebut. Di antaranya, ada Dewa Dapur, Dewa Obat, dan juga Dewi Kwan Im, serta masih banyak yang lain.
Biasanya yang melakukan hal itu adalah seorang ”tankie” (modin) bersama beberapa asistennya, tapi yang berlangsung tadi pagi di kelenteng tersebut sangat berbeda. Sebab, beberapa suster dari Gereja ST Yusuf Pati bersama Ketua Umum Kelenteng se-Kabupaten Pati, Eddy Siswanto yang juga Koordinator Gusdurian setempat, ikut ambil bagian.
Tidak hanya itu, kata Eddy Siswanto, pihaknya juga menghadirkan persatuan/kelompok ibu-ibu dari gereja tersebut. Mereka mendapat bagian untuk mengayak abu dari dari pembakaran yuswa untuk sembayang yang terkumpul selama ini, sehingga abu itu kembali menjadi bersih dan halus, serta dikembalikan lagi sesuai tempat masing-masing.
Itulah wujud kebersamaan dalam menjaga keseimbangan antarinvidu maupun kelompok dalam kehidupan ini, sehingga terjalin antara satu dan lainnya, meskipun dengan latar belakang keyakinan berbeda. ”Akan tetapi perbedaan tersebut, selamanya akan tetap indah karena ibarat jari tangan kita itu sepuluh, ternyata antara satu dan lainnya tidak sama,”ujarnya.
Sebab, katanya lagi, semua akan berfungsi sesuai peran masing-masing sehingga terciptalah harmoni kebersamaan yang dalam bingkai-bingkai sekat perbedaan. Karena itu, antara niat yang tulus atas nama kebersamaan tersebut, para suster ini tidaklah merasa terusik keyakinannya, meskipun harus membersihkan apaya yang diyakini (kebanyakan) oleh suku bangsa dari etnis Tionghoa.
Dengan kuas di tangan mereka, maka debu-debu yang mengotori benda-benda dalam sosok yang mengambarkan para dewa tersebut, satu per satu dan dengan cermat dibersihkan. Makna dari simbul ritual bersih-bersih ini, tentu sama bahwa dalam kehidupan ini antara niat, hati, dan pikiran ini harus bersih dari buruk sangka, tapi harus saling menghargai dan menghormati di antara satu dan lainnya.
Untuk mewujudkan semua itu, tidaklah cukup jika hanya sekadar dibicarakan tampa pernah dicoba memulainya, sehingga inilah momentum yang harus harus menjadi komitmen. Karena yang benar-benar sadar bahwa perbedaan itu selamanya indah dalam bingkai kebersamaan adalah para suseter dan ibu-ibu dari komunitas Gereja Katholik ST Yusuf, maka semua akan tetap indah pada saatnya.
Hal itu memang bisa diwujudkan dalam saat ini, karena masing-masing bisa melepas egonya sehingga tidak bisa hanya diungkapkan melalui kata-kata. ”Berbuat yang terkecil untuk hal yang besar, hanya bisa dibayar dengan niat yang tulus dan bersih serta bebas dari prasangka yang hanya menyesatkan jika didewa-dewakan,”tandas Eddy Siswanto.(Ki Samin)
Previous post Sambut Tahun Baru Imlek Kelenteng Hok Tik Bio Bersih-bersih
Next post Bukti IPAL TPA Tidak Berfungsi Jika Musim Penghujan

Tinggalkan Balasan

Social profiles