Kondisi alur Kali Tayu yang bertahun-tahun mengalami pendangkalan cukup parah tapi sama sekali tidak ada perhatian serta kepedulian dari pihak berkompeten.(Foto:SN/dok-lsm-aed)
SAMIN_NEWS.COM PATI – Problematikanya di mana-mana sama jika menyangkut permasalahan alur kali yang mengalami pendangkalan akibat tingginya tingkat sidimentasi, tapi pembiaran juga selalu terjadi. Permasalahannya pun berkait soal kewenangan pihak yang berkompeten, baik itu di tingkat pemerintah kabupaten, provinsi, dan nasional.
Di Pati hal itu selama ini juga terjadi di alur Kali Tayu yang berhuli di kawasan Lereng Timur Muria, dan kondisi tersebut diperparah dengan tingginya tingkat kerusakan di daerah aliran sungai (DAS). Pemandangan cukup memprihatinkan bagi yang mempunyai kepedulian, hal semacam ini akan selalu terlihat bila air laut sedang surut.
Karena itu yang tampak adalah hamparan tebalnya endapan lumpur yang hampir mendekati permukaan tanggul, sehingga jika sudah dalam kondisi seperti sekarang jangan harap pihak yang berkompeten mempunyai agenda untuk merencanakan upaya normalisasi. Sebab, jika hal tersebut dilakukan maka dampak munculnya permasalahan sosial sebagaimana yang selalu terjadi ketika alur Kali Juwana dinormalisasi tak bisa dihindari.
Kendati demikian, kata beberapa tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Tayu, Pati, mereka tetap akan membawa permasalahan itu di forum Musyawaranh Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang sebentar lagi berlangsung di tingkat kabupaten. ”Kami tak akan pernah bosan mengusulkan normalisasi dalam Musrenbang di tingkat kecamatan hingga kabuoaten, meskipun hanya mendapat tanggapan dicatat dan akan diusulkan,”ujar salah seorang di antara mereka, Sulhadi.
Parahnya pendangkalan, masih kata dia, tentu berdampak pada kehidupan para nelayan baik saat berangkat maupun sekembalinya dari melaut. Sehingga harus menunggu air pasang, karena jika tidak endapan lumpur bercampur pasir di muara tak bisa dilewati, kecuali perahu-perahu kecil jenis cukrik itu harus ditarik/didorong agar bisa lewat untuk menuju hulu dari muara itu.
Dengan kata lain, waktu mereka pun habis di laut hanya karena untuk kembali terpaksa harus menunggu saat air laut pasang. Demikian pula, saat tiba di lokasi penambatan perahu tiap hari mereka pun diadang dengan tebalnya endapan lumpur yang sudah mendekati permukaan tanggul, sehingga saat berangkat maupun sekembalinya dari melaut selalu berlepotan lumpur adalah hal biasa.
Dampak lebih parah lagi pada musim penghujan seperti sekarang sewaktu-waktu pun bisa terjadi, yaitu terjadinya gelontoran air cukup besar dari hulu yang membawa lumpur cukup pekat. ”Kemungkinan terjadinya hal tersebut sewaktu-waktu tentu tak bisa dihindari, terutama jika di kawasan Lereng Muria berlangsung turun hujan deras,”tambahnya.
Ditanya berkait hal tersebut, salah seorang petugas dari Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Pati, H Sudarno mengatakan, untuk alur Kali Tayu memang benar menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana. ”Hal itu sama dengan kewenangan alur Kali Simo, di sepanjang pinggir ruas jalan nasional Pati-Juwana.”(sn)