Pembenahan dan pemasangan kembali tenda-tenda di lokasi penataan PKL yang roboh diterpa hujan dua hari terakhir ini.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Pihak rekanan pemenang tender proyek penataan pedagang kaki lima (PKL) di bekas Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH Pati, Rabu (2/1) hari ini harus kembali melakukan penataan dan pembenahan tenda-tenda kurucut sebagai fasilitas relokasi yang roboh akibat terpaan air hujan. Kesempatan untuk berbenah masih terbuka selama 6 bulan, karena saat ini masih dalam masa pemeliharaan.
Karena itu rekanan yang bersangkutan berupaya maksimal untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, termasuk sisa-sa air hujan yang tidak bisa tuntas mengalir. Tanggung jawab tersebut akan dilaksanakan secara maksimal tidak hanya terhadap tenda-tenda yang roboh, dan bagian tiang maupun kerangka lainnya yang rusak tapi sampai benar-benar hasil pekerjaannya dilakukan tahapan penyerahan terakhir kepada pihak pengguna jasa tersebut, yaitu DPUTR Kabupaten Pati.
Untuk upaya pembenahan tenda, kata rekanan yang bersangkutan, Dwi Setyo Aditomo, dalam melaksankan pekerjaan pembuatan fasiitas tersebut sudah benar-benar maksimal. Seperri pembuatan tiang dari pipa besi sudah sesuai ketentuan yang tertera dalam rencana anggaran belanja (RAB) dengan ukuran 1,5 ”inci.” Bahkan kerangka bentang konstruksi antartiang yang hanya tertera satu batang sudah ditambah menjadi dua batang.
Harapannya dengan penambahan perkuatan pada konstruksi bentang antartiang kekuatannya benar-benar maksimal, dan rombohnya tenda tersebut terjadi karena tiang penyangga pada titik tengah memang belum terpasang. ”Kendati demikian, ada satu hal yang menimbulkan tanda tanya dan menjadi teka-teki karena ada yang kami rasakan aneh,”ujarnya.
Kerangka tenda dari pipa besi yang mengalami kerusakan dan uji kekuatan dengan beban seorang pekerja menggelantung pada bentang kerangka tenda tersebut.(Foto:SN/aed)
Keanehan dimaksud, masih kata Dwi Setyo Aditomo, yaitu terjadinya kerusakan lebih banyak terjadi pada bagian tiang. Itu pun tidak hanya sekadar melengkung, tapi juga nyaris patah pada bagian sudut sehingga hal itu dirasakan tidak logis, karena bentang antartiang pada empat sisi yang hanya satu batang pipa sudah ditambah menjadi dua.
Lagi pula, ketika kerangka untuk setiap tenda sudah berdiri juga dilakukan dengan uji beban di mana seorang pekerja harus menggelantung dengan berpegang pada pipa penguat salah sastu sisi bentang, ternyta tidak melengkung maupun sampai patah. Akan tetapi, hanya karena bagian atap tenda belum bisa mengalirkan air hujan secara maksimal, justru kebanyakan bagian sudut tiang mengalami kerusakan.
Menjawab pertanyaan, Dwi Setyo Aditopo juga menyatakan tak habis mengerti, dan juga menyatakan tidak tahu besar kemungkinan ada unsur kesengajaan merusak. Hal itulah yang menjadi penyebab timbulnya tanda tanya besar, sehingga setelah pembenahan kembali dilakukan dan bila hal sama masih terulang pasti ada yang tidak beres.
Terlepas dari hal itu, pihaknya tetap bertanggung jawab sepenuhnya sampai tahapan masa pemeliharaan berakhir, dan hasil pekerjaannya bisa diterima. ”Saat pelaksanaan pekerjaan perbaikan hadir dari pihak DPUTR Bidang Cipta Karya.”(sn)