H Arwani Khawatirkan Kondisi PKL Alun-alun

H Arwani (tiga dari kiri), mantan Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Alun-alun Simpanglima Pati bersama Bupati Haryanto dan Sekda Suharyono.(Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI – Kendati dihujat dan dicap sebagai pengkhianat karena bisa memahami serta menerima maksud baik pemerintah merelokasi pedagang kaki lima (PKL) dari Alun-alun Simpanglima, Jl Sudirman, dan Jl Pemuda ke Pusat Kuliner, di lokasi bekas Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH setempat, tapi H Arwani tetap mengkhawatirkan kondisi PKL. Khususnya beberapa di antara mereka PKL relokasi alun-alun yang menolak, karena belum mau memahami maksud baik pemerintah.
Jika mereka tetap bersikukuh seperti itu, kata dia saat hadir dalam acara selamatan ”memetri”  penetapan ”hari baik”, pindahnya PKL relokasi Sabtu Kliwon (9/2) semalam, jelas berisiko. Yakni, dipastikan tidak akan mendapat tempat setelah batas waktu penataan dan pembagian kaveling untuk berjualan  mereka tidak berubah sikap, karena kesempatan itu pasti akan diberikan kepada PKL yang nonrelokasi.
Akibatnya, di belakang hari mereka pasti akan menghadapi kesulitan mencari tempat untuk berjualan sehingga kesulitan pula mencari sumber penghasilan. Sebab, kawasan perkotaan yang semula dibagi menjadi zona-zona yang tidak boleh untuk berjualan pasti akan ditingkatkan, tidak hanya kawasan alun-alun, Jl Sudirman, dan Jl Pemuda yang menjadi zona merah.
Karena itu, kesempatan untuk mengubah sikap harus segera diambil karena masih ada kesempatan sebelum pembangunan revitalisasi alun-alun dimulai. ”Tidak ada gunanya bersikukuh harus bertahan berjualan di alun-alun yang sudah berlangsung bertahun-tahun, tapi sekarang pemerintah membutuhkan ruang publik tersebut untuk dilakukan penataan,”ujarnya.
Banyaknya pengunjung dan tengah menikmati kuliner yang tersedia dengan suasana nyaman di tenda PKL Pusat Kuliner Pati semalam.(Foto:SN/aed)
Konsekuensinya, masih kata dia, kita harus menyadari dan memahami untuk segera menyikapi agar peluang berjualan di lokasi yang disediakan pemerintah tidak lepas, karena pemerintah memang bermaksud baik. Hal itu terlihat tersedianya tempat yang benar-benar cukup representatif, karena yang dirasakan masih kurang juga akan terus dibenahi.
Apalagi, pedagang juga dibebaskan dari ketentuan berjualan sehingga bisa pagi, siang, malam selama 24 jam nonstop. Sedangkan waktu berjualan di alun-alun yang dibatasi dengan jam tertentu, ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber penghidupan, tapi sekarang para PKL dituntut untuk ikut berperan meramaikan pengunjung di tempat relokasi.
Hal tersebut, semua memang tergantung kepada kita sendiri bagaimana bisa meramaikan pasar yang sudah disediakan dan difasilitasi oleh pemerintah yang begitu maksimal ini. Karena itu sekali lagi, jangan terjebak pada kemapanan berjualan di alun-alun dan kita harus menyadari, bahwa ruang terbuka untuk publik tersebut  akan segera dibangun.
Sebab, tidak ada manfaatnya jika terus bersikap apriori karena belum memahami maksud baik pemerintah hanya karena terkejut saat harus berpindah tempat. ”Sikap itu harus kita ubah, bagaimana PKL relokasi ini mempunyai kemampuan untuk mewujudkan terciptanya keramaian pasar, bukan sebaliknya hanya karena diliputi rasa  takut dan khawatir  kalau pasar tersebut sepi pengunjung,”tandas H Arwani yang juga mantan Ketua Paguyuban PKL Alun-alun Simpanglima itu.(sn) 


Previous post PKL Relokasi Jika Mau Berjualan Sekarang Dipersilakan
Next post Bupati Tepis Isu PKL Relokasi Harus Bayar

Tinggalkan Balasan

Social profiles