20.000 Ton Beras di Gudang Bulog Sub-Divre Pati Belum Tersalur

Petugas di Gudang Bulog 204, di Desa Sokokulon, Kecamatan Matrgorejo, Pati tengah berdskusi upaya pengamanan dan pemeliharaan beras Bulog Sub-Divre Pati dengan teknik penanganan tepat sasaran (”fumigasi.”) hama. (Foto:SN/aed)


SAMIN-NEWS.COM  PATI –  Serasapan beras pengadaan Tahun 2018 lalu oleh Bulog Sub-Divre  yang sampai saat ini belum tersalur masih sebanyak 20.000 ton, karena, dan beras sebanyakj itu tersimpan di gudang-gudang Bulog sub-divre setemoat. Yakni, di Pati tersimpan di Gudang Bulog 201, 204, dan 205.

Khusus di Gudang Bulog 204 yang berlokasi di Desa Sokokulon, Kecamatan Margorejo, Pati, tersimpan tidak kurang dari 5.700 ton. Sedangkan lainnya tersimpan di gudang-gudang Bulog  Sub-Divre Pati, baik di Jepara, Kudus, Rembang maupun di Blora.

Dengan demikian, kata Wakil Kepala Bulog Sub-Divre Pati, Agung Saryanto, beras yang tersimpan dalam gudang tersebut harus dilakukan perawatan secara maksimal, agar tidak mengalami kerusakan. Sistem perawatan dan pemeliharaan beras selama ini menggunakan teknik penanganan tepat sasaran (”fumigasi”), yaitu pembasmian hama yang menyerang.

Bahkan, katanya lagi, sistem tersebut yang dilakukan bekerja sama mitra Bulog saat ini benar-benar efektif. ”Yakni, sistem pengendalian hama menggunakan pestisida sehingga dalam satu gudang/ruangan  akan terpenuhi oleh asap pestisida yang bisa membunuh hama di dalam beras tersebut,”ujarnya.

Petugas yang melakukan ”fumigasi” dalam gudang beras Bulog juga dilengkapai pengaman berupa tabung oksigin yang kali pertama diujicoba.(Foto:SN/aed)

Tidak hanya itu, lanjut dia, petugas yang melakukan ”fumigasi” juga dilengkapi perlengkapan cukup canggih, berupa tabung oksigin isi 4,25 kilogram. Sehingga saat berada dalam asap pestisida, hal itu tidak mengancam keselamatannya karena kehabisan nafas, maka alat bantu oerbafasan itu juga merupakan teknik baru, karena petugas tdak hanya sekadar memakai masker.
Menjawab pertanyaan, Agung Saryanto menambahkan, kendati sisa beras swerapan pengadaan tahun lalu masih sebanyak itu, upaya mencari terobosan untuk melepas stok tersebut ke pasar terus berlanjut. Akan tetapi dalam kondisi sekarang, karena sedang musim panen sudah barang tentu pedagang maupun konsumen memilih beras baru.
Akan tetapi, hal tersebut biasanya akan berakhir ketika memasuki musim tanam pertama, atau mulai Oktober permintaan kebutuhan pangan kembali melonjak. Hal itu akan berlangsung hingga Januari, karena itu pijhaknya tetap optimistis bahwa seluruh stok beras dalam gudang akan tersalur kepada konsumen, dan tetap dalam kondisi aman.
Berkait dengan serapan pengadaan Tahun 2019, saat ini juga masih stagnan karena faktornya para petani sefang menghadpi musim panen. ”Selain itu, harga beras di pasaran saat ini masih berkisar Rp 8.500/kilogram untuk kualitas medium, sedangkan harga pembelian Bulog per kilogram Rp 8.030,”imbuh Agung Saryanto.(sn)
Previous post Pengusaha Jasa Mainan Sepur ”Arga Nurut” Mencari Terobosan
Next post Sebelas Paket Pekerjaan Jalan Siap Ditenderkan

Tinggalkan Balasan

Social profiles