Penamaan tokoh wayang ”klithik” atau wayang kayu satu-satunya di Pati ini tergantung cerita yang disampaikan sang dalang, dan malam ini akan manggung di Pusat Kuliner Pati yang berlokasi di belakang GOR.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Kalangan seniman muda dari Rumah Seni Pati, kini mulai melirik kesenian tradisional wayang. Apalagi di Pati kesenian wayang di Pati ini ternyata tidak hanya wayang kulit sebagaimana umumnya, tapi ada pula wayang Topeng Sonean karena adanya hanya di Desa Sonean, Kecamatan Margoyoso, Pati.
Berikutnya masih ada wayang jenis lain, yaitu wayang ”klithik” atau wayang kayu karena terbuat dari kayu dengan dimensi tak beda jauh dengan wayang kulit. Hanya penggambaran karakter tokohnya tidak dengan nama-nama wayang seperti dalam cerita poewayangan, melainkan cenderung ke cerita dimensi kehidupan.
Dengan kata lain, bisa cerita sejarah pada masa kerajaan seoerti cerita langendrian di masa Kerajaan Majapahit, Damarwulan-Minak Jinggo. Karena itu, nama tokoh-tokoh wayang tersebut pun dibakukan, sebagaimana tampak pada gambar (atas) adalah tokoh Minakjinggo, dan gambar (bawah) salah satu pengikut setianya, Angkat Butto.
Tampaknya itu merupakan cerita baku, maksudnya bisa dimainkan di luar cerita-cerita carangan sesuai permintaan yang memberikan order tanggapan. ”Wayang ini hanya satu-satunya ada di Pati, yaitu berasal dari Desa Tanjungrejo juga di Kecamatan Margoyoso, Pati,”tutur sang dalang Ki Priyo yang malam ini akan tampil manggung di Pusat Kuliner Pati.
Kalau yang ini (atas) adalah tokoh pada masa Kerajaan Majapahit yang penguasanya adalah Tribuana Tuangga Dewi atau juga dalam cerita Damarwulan, adalah Kencanawungu dengan patihnya Haryo Jejetan atau Patih Logender. Sedangkan (bawah) tokoh Damarwulan.(Foto:SN/aed)
Jika warga Pati penggemar kesenian tradisional wayang kulit, tapi seumur-umur belum pernah melihat pertiunjukan wayang ”Klithik”, silakan datang langsung ke Pusat Kuliner Pati. Bagaimana dalang Ki Priyo akan memainkan wayang tersebut dengan cerita carangan (rekaan)”Turunnya Wahyu Kamulyan.”
Penyelenggaraan pertunjukan kesenian tradisional tersebut merupakan rangkaian kegiatan berkesenian oleh kalangan seniman dari Rumah Seni Pati bekerja sama dengan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten setempat. Sebuah uopaya untuk tetap mempertahankan kesenian tradisional, dan sekaligus mempoerkenalkan bahwa di Pati sekarang ini mempunyai pusat kuliner.
Karena itu, untuk kepentingan tersebut para seniman lebih awal mengambil langkah untuk meramaikan lokasi tersebut deng menampilkan pertunjukan kesenian yang sudah dimulai sejak pertengahan Februari lalu. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dalam menopang tetap lestarinya seni-budaya lokal.
Prinsipnya kalangan seniman ini, lebih baik berbuat hal terkecil ketimbang hanya sekadar bicara dan menuntut, tapi tak pernah berbuat apa-apa. Penyediaan fasilitas untuk berekspresi di tengah-tengah kebijakan Bupati yang harus melakukan penataan para Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan penyediaan fasilitas tempat berjualan berbiaya hingga miliaran rupiah.(sn)