Salah satu jembatan yang dibangun pemilik tempat usaha di atas alur Kali Simo, di pinggir jalan raya Pati-Juwana sesuai standar yang disyaratkan.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Selama ini sudah puluhan jembatan dibangun asal-asalan di atas alur Kali Simo, khususnya di pinggir jalan raya Pati-Juwana. Akibatnya, bagian hulu jembatan sering menjadi tempat menumpuknya berbagai jenis sampah yang hanyut terbawa luapan air, terutama bila di kawasan Lereng Timur Muria berlangsung hujan deras.
Hal itu terjadi, karena para pembuatan jembatan termasuk di antaranya adalah pemilik tempat kegiatan usaha yang berlokasi di sisi utara alur kali tersebut hanya asal-asalan. Maksudnya pembuatan jembatan tersebut diserahkan kepada pekerja yang pengetahuan tentang teknik jembatan pas-pasan.
Akibatnya, kata Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabuaten Pati, Sumarto, dampak dari penumpukan sampah yang tak bisa hanyut karena terhalang tembok pangkal atau badan jembatan tak bisa dihindari. Faktor penyebabnya, sudah barang tentu teknik pembuatan atau letak bagian konstruksi tersebut terlalu rendah.
Karena itu, kendati pihaknya tidak berkompeten untuk menangani permasalahan tersebut, tapi sering terkena dampak. ”Apalagi, jika luapan air dari hulu yang terhalang tumpukan sampah tersebut limpas dan luber ke jalan raya, sehingga aris lalu lintas menjadi terganggu, maka komplain pun tak bisa dihindari,”ujarnya.
Padahal, katanya lebih lanjut, yang mempunyai kompetensi penanganan permasalahan alur Kali Simo tersebut, tak lain pihak Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) yang berkantor di Kudus. Dengan demikian, siapa saja yang hendak membangun fasilitas jembatan di lingkungan kegiatan usahanya harus mengajukan izin ke pihak yang bersangkutan.
Hanya saja, prosesnya memakan waktu cukup lama karena kadang-kadang tiga bulan izin belum juga turun. Akibatnya, bagi pemilik kegiatan usaha yang tidak sabar membangun fasilitas jembatan asal-asalan, atau asal bisa digunakan untuk lewat, sehingga banyak jembatan yang dibangun di atas alur kali itu rata-rata badan jembatan dalam kondisi datar.
Seharusnya teknik pembuatan konstruksi jembatan seperti itu, jelas salah mengingat salah satu tembok pangkal khususnya yang di sisi selatan terlalu dekat dengan bahu jalan. Hal tersebut akan menimbulkan kesulitan untuk menempatkan oprit jembatan yang seharusnya dari jalan raya jika hendak masuk ke jembatan itu harus mempunyai tikungan (R) cukup leluasa.
Demikian pula, untuk oprit maupun lantai badan jembatan yang sisi utara juga harus lebih tinggi, sehingga lebar alur kali tidak tertutup kerangka lantai jembatan yang terpasang. ”Hal itu akan memperlancar bila terjadi luapan air dari hulu yang biasanya diikuti dengan membawa berbagi jenis sampah, jika tidak batang pohon pisang juga pokok rumpun bambu atau batang kayu lainnya,”imbuh Sumarto.(sn)