Pengelolaan Keuangan PKL Alun-alun Pati Tidak Transparan

Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang jumlah terbanyak didominasi PKL Alun-alun Simpanglima Pati dalam sosialisasi relokasi yang berlangsung beberapa waktu lalu.(Foto:SN/aed)


SAMIN_NEWS>COM  PATI – Memalukan, itulah celotehan yang paling tepat untuk menyampaikan kondisi Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Alun-alun Simpanglima Pati. Sebab, dalam pengelolaan keuangan organisasi diduga keras dan ditengarai tidak transparan, sehingga yang muncul adalah saling curiga antara pengurus dan anggota.
Kondisi tersebut semakin runyam, karena saat ini kelompok yang tidak rela direlokasi tengah bersiap-siap ‘untuk kembali ”melawan pemerintah” melalui hujatan dan ujaran kebencian. Bahkan kelompok tersebut juga tengah mempersiapkan pembuatan seragam yang dibeli dengan uang pribadi, tapi dihimpun oleh pengurus.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun menyebutkan, untuk pebelian harga kaos yang mendaftar memang sudah 50 orang lebih. Sedangkan desain tulisan pada kaos tersebut mengambil istilah sebagaimana dikabarkan ”Samin News,” yaitu ”Arga Mbogel,” dengan harga Rp 80.000 per kaos karena mereka merasa dikhianati dan dianggap gagal paham, mengingat para PKL saat ini sudah semakin pintar.
Khusus yang berkait dengan pengelolaan keuangan kelompok tersebut, jika hal itu memunculkan permasalahan internal memang tak bisa dihindari akibat tidak transparan. ”Disebutkan, ada pengurus yang memanfaatkan uang tersebut senilai di atas Rp 1 juta, untuk kepentingan saat mereka diajak studi banding oleh Disdagperin ke Bogor,”gerutu salah seorang anggota,
Tidak hanya itu,kata yang lainnya, ada juga pengurus lain yang diam-diam juga menggunakan uang paguyuban di atas Rp 1 juta untuk kepentingan sama. Akan tetap berpesan kepada bendahara, jika ada yang bertanya tidak perlu dijawab sampai akhirnya hal itu terungkap ketika salah seorang PK yang ditokohkan dan selama ini dihujat habis-habisan oleh pengurus, H Arwani menyoal masalah tersebut.
Kendati tujuannya mengingatkan pengurus agar dalam hal keuangan disampaikan secara terbuka untuk penggunaannya, tapi yang bersangkutan kembali harus menerima hujatan habis-habisan. Karena desakan pengurs maupun anggota yang lain, termasuk untuk megingatkan agar tetap menjaga persatuan.
Alasannya, sejak awal mereka diminta untuk bersatu karena tetap harus berjuang, tapi sekarang di antara pengurus dan anggota dinilai tidak kompak. Sehingga bagaimana caranya akan berjuang jika belum apa-apa sudah  saling curiga, dan tidak akur, dan tidak ada kekompakan lagi.
Karena itu, akhirnya malam ini mereka diajak berkumpul di tengah-tengah lapangan alun-alun untuk membahas masalah tersebut. Dengan demikian, meskipun hujatan sering dilontarkan terhadap pemerintah, tapi mereka tetap membutuhkan fasilitas publik alun-alun untuk berbagai kepentingan, utamana sudah barang tentu untuik berjualan.(Ki Samin)

Previous post Banyak Pertanyaan Kapan Relokasi PKL, Tunggu Pertengahan April
Next post Rekanan Revitalisasi Alun-alun Begitu Dapat SPK Harus Segera Kerja

Tinggalkan Balasan

Social profiles