Ini penjual’ jasa mainan anak jenis sepur, tapi bukan Sepur ”Arga Mbogel” melainkan Sepur ”Arga Nurut” dari Alun-alun Simpanglima Pati yang sejak sepekan terakhir mencari terobosan di Pasar Ya’ik.(Foto:SN/aed)
SAMIN-NEWS.COM PATI – Salah satu dari sejumlah penyedia jasa mainan anak di Alun-alun Simpanglima Pati tak banyak bicara dalam menyikapi relokasi pedagang kaki lima (PKL) ke Pusat Kuliner Pati, di bekas lokasi Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani KPH setempat. Akan tetapi yang bersangkutan, sejak sepekan terakhir sudan mencari alternatif.
Hal itiu sebagai salah satu upaya mencari terobosan jika tiba saatnya para PKL dari Alun-alun, Jl Sudirman, Jl Pemuda, Jl Dr Sutomo dan Jl Tunggul Wulung harus segera pindah ke tempat yang sudah disediakan. Dengan demikian, satu hal patut mendapat acungan jempol ketimbang ”mbogel” menyoal relokasi PKL lebih baik mempetrsiapkan diri.
Maksudnya, penyedia jasa mainan anak untuk jenis Sepur ”Arga Nurut” tersebut berdasarkan keterangan yang dihimpun, memang mempunyai dua unit jenis mainan anak itu. Akan tetapi yang dioperasikan di alun-alun hanya satu unit, dan satu unit lainnya dioperasikan di Desa/Kecamatan Tambakromo, Pati.
Khusus unit mainan yang disebut terakhir, akhirnya dimanfaatkan untuk mencari alternatif dengan membuka di Pasar ”Ya’ik. ”Kendati belum seramai kalau beroperasi di alun-alun, paling tidak yang bersangkutan sudah mempunyai pemikiran ketimbang menyoal relokasi, lebih baik menyadari bahwa alun-alun saat ini sebagai ruang publik hars dilakukan penataan,”kata Ari Dipa yang juga mempunyai kegiatan usaha di tempat tersebut.
Tujuannya, m,asih kata dia mengutiup p[enjelasan pemilik jasa mainan anak yang bersangkutan, jika pada tahap awal pelaksanaan relokasi di pusat kuliner, ternyata pengunjung belum maksimal, sudah ada penunjangnya. Yakni, jasa mainan anak sepur yang tiap sore sudah beroperasi di Pasar Ya’ik, kendati penhgunjungnya juga belum maksimal.
Mengingat baru sepekan memulai sudah barang tentu anak-anak belum banyak yang tahu, tapi minimal bisa menutup biaya operasional. Sebab, pengoperasian mainan tersebut Harus menggunakan daya listrik, sehingga mampu digunakan membiayai operasionalnya, termasuk memberikan uang lelah kepada operator.
Di sisi lain menyangkut soal tarif, sekali naik ke gerbong sepur itu per anak hanya Rp 5.000, atau terpaut Rp 2.000 dengan yangan yang di alun-alun. Dengan munculnya penyedia jasa mainan itu, paling tidak tiap sore hingga malam suasana Pasar Ya’ik yang selama ini menjadi pusat minum kopi warga.
Sedangkan hal lain yang harus menjadi perhatian pihak yang berkometen, jika dalam waktu dekat nanti banyak anak-anak yang bermain di Pasar Ya’ik dan juga di Taman Hutan Kota Kalidoro yang bersebelahan jalan, maka arus lalu lintas benar-bear diatur. ”Yang utama, trul-truk dari barat sudah saatnya tidak masuk kota lagi,”Tandas Ari Dipa.(sn)